(Sriboga) MENJADI RAJA DI USIA BELIA


www.sriboga-flourmill.com

Usia belia bukanlah halangan bagi PT. Sriboga Raturaya untuk lebih menunjukkan eksistensinya. Terbukti pada 13 tahun perjalanan usahanya, Sriboga telah menorehkan berbagai prestasi serta produk terigu berkualitas prima, yang bisa dinikmati mulai konsumen setingkat rumah tangga, UKM, hingga premium class.

Gebyar 13 Tahun
Puncak perayaan ulang tahun Sriboga ke 13 diselenggarakan pada 16 Juli 2011, berpusat di alun – alun utara Yogyakarta. Sejak pagi serangkaian acara telah dilangsungkan, diawali Kongres Koperasi yang diikuti para pengurus koperasi Mitra Sriboga di seluruh area Jawa Tengah dan DIY, bertempat di Hotel Ruba Graha, Yogyakarta.

Sorenya, digelar Bazaar UKM berbasis terigu, diikuti 25 koperasi Mitra Sriboga. Mereka menawarkan keunikan produk andalan masing – masing, yang cukup menarik perhatian pengunjung untuk mencicipi. Selain stan UKM, Sriboga sebagai penyelenggara juga menempati beberapa stan yang ramai disambangi. Salah satunya adalah stan Donat Fiesta.

Donat Fiesta
Ini merupakan kegiatan lomba menghias donat bagi kaum ibu dan anak – anak. Mereka tampak antusias dengan acara ini, terutama anak – anak. Sebab, mereka bisa mengekspresikan kreasinya masing – masing. Pemenangnya mendapatkan hadiah kaos, dan peserta yang kalah tak kemudian menjadi sedih, sebab mereka masih bisa menikmati donat yang telah mereka hias sendiri.

Sementara di stan Sriboga lainnya, suasana juga tak kalah ramai. Rupanya sedang berlangsung pengundian hadiah hiburan Gebyar 13 Tahun Sriboga Raturaya, bagi pengunjung yang telah membeli produk terigu Sriboga sebelumnya. Namun, hadiah utamanya masih akan diumumkan nanti di panggung utama.

Pentas Wayang
Acara berikutnya beralih ke panggung utama, sebagai puncak acara digelar pementasan wayang kulit dengan lakon Wahyu Makuto Romo, yang dibawakan dalang kondang Ki Djoko ’Edan’ Hadiwijoyo.

Namun sebelumnya, Bapak Alwin Arifin selaku Direktur Utama PT. Sriboga Raturaya, berkenan menyampaikan sambutannya. Di hadapan segenap jajaran direksi dan manajemen Sriboga, serta tamu undangan yang hadir, Bapak Alwin menuturkan, pementasan wayang kulit penting diadakan pada setiap perayaan ulang tahun Sriboga.

Sebab, wayang adalah kesenian yang kental dengan budaya Jawa. Sementara Sriboga berlokasi di kota Semarang, dengan basis konsumen di regional Jateng dan DIY. Jadi, pementasan wayang merupakan cara Sriboga menghargai dan menghormati budaya Jawa, sebagai rumah tempat tinggalnya.

Penghargaan
Acara dilanjutkan dengan pemberian beasiswa belajar di Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) Bandung, periode tahun 2011. Beasiswa ini diberikan kepada sepuluh putra – putri anggota koperasi Mitra Sriboga. Dilanjutkan lagi dengan pemberian penghargaan stan terbaik pada Bazaar UKM, yang tahun ini diraih Koperasi Sumekar Yogyakarta, dan berhak atas hadiah uang sebesar 3,5 juta rupiah.

Sementara untuk hadiah utama Gebyar 13 Tahun Sriboga, Panitia telah menyiapkan tiga sepeda motor, yaitu Honda Supra Fit yang akhirnya dimenangkan Suwarti, warga Gamping Sleman. Mumun Mulyawan yang bertempat tinggal di Kuningan, Jawa Barat berhasil merebut motor ke dua, Honda Vario. Dan terakhir adalah Honda Megapro, yang berhasil diboyong pulang Maria Santajaya ke Purworejo.

Pangan Produksi Sehat
Penghargaan Pangan Produksi Sehat, untuk kategori UKM mie dan non mie, dimana penghargaan ini dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu Jateng Timur, Jateng Barat dan Jateng DIY. Untuk kategori mie, pemenang di masing – masing wilayah mendapatkan hadiah satu unit gerobak dan uang pembinaan sebesar 7,5 juta rupiah.

Sedangkan kategori non mie, pemenangnya mendapatkan hadiah satu unit mixer dan uang pembinaan sebesar 7,5 juta rupiah. Sementara pemenang ke dua untuk masing – masing kategori, memperoleh hadiah uang pembinaan sebesar 5 juta rupiah.

Untuk area Jateng Timur, pada kategori mie, pemenang pertama diraih Mie Bu Winarni dari Koperasi IWABI, Boyolali. Pemenang ke dua jatuh pada Mie Pak Toman dari Koperasi Koppemi Makmur, Semarang. Sementara kategori non mie, juara pertama jatuh pada Roti Dahlia (Tomi Rukmana), Klaten. Dan juara ke dua diraih Roti Alvian (H. Muslikhan) dari Koperasi Karya Mandiri, Kudus.

Untuk wilayah Jateng Barat, pada kategori mie, tempat pertama diraih Mie Pak Sahroni dari Koperasi Karya Mulya, Pemalang. Tempat ke dua jatuh pada Mie Pak Sartiman, juga dari Koperasi Karya Mulya. Sedangkan kategori non mie, pemenang pertama direbut Bahari Bakery (Bahrudin) dari Koperasi Karomi Jaya, Tegal. Pemenang ke dua jatuh pada Adios Bakery (Sukamto Adi) dari Koperasi Kobami, Kendal.

Bustanil Arifin Award
Acara kemudian tiba pada penghargaan Bustanil Arifin Award, yang dibacakan Ibu Aswita Hasril, Direktur SDM dan Budaya Perusahaan PT. Sriboga Raturaya. Dalam sambutannya, Ibu Aswita menyampaikan amanah almarhum Bapak Bustanil Arifin, yang selalu berjuang demi perkembangan koperasi Indonesia. Bapak Bustanil menginginkan perjuangan itu terus dilanjutkan oleh Sriboga Raturaya.

Maka, amanah itu diwujudkan dalam Bustanil Arifin Award. Penghargaan ini pertama kali diberikan saat ulang tahun Sriboga ke 11 tahun 2009 lalu. Dan tahun ini, Bustanil Arifin Award diberikan kepada Koperasi Karya Boga, Welahan Jepara.

Wahyu Makuto Romo
Puncak acara, yaitu pementasan wayang kulit, ditandai penyerahan Gunungan oleh Bapak Alwin Arifin kepada dalang Ki Djoko ’Edan’ Hadiwijoyo.

Wahyu Makuto Romo merupakan lakon yang bersumber dari kisah Ramayana, berisi nasihat Sri Rama kepada Bharata adik tirinya, tentang delapan pedoman (Astabrata) yang harus dilakukan agar menjadi raja yang bijaksana. Ajaran inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Wahyu Makuto Romo (Wejangan Mahkota Rama).

Wejangan ini tentunya telah diadaptasi Sriboga dalam keseharian kinerjanya. Sebab, di usianya yang masih remaja, kini Sriboga telah menjadi raja dan panutan di percaturan industri terigu nasional. Masyarakat Jateng dan DIY khususnya, berharap Sriboga akan terus menjadi yang terbaik, dengan kualitas, layanan serta program kemitraan yang selalu terjaga.

Selamat Ulang Tahun Sriboga…. !.

(Sriboga) BERSYUKUR DAN POSITIVE THINKING


www.sriboga-flourmill.com

Beruntung sekali rasanya ketika baru membuka bisnis, ternyata persaingan tak begitu ketat. Hal ini dialami Suhandoyo ketika merintis usaha mie kering di tahun 1989. Walaupun begitu, bukan berarti dirinya tak menghadapi permasalahan, terutama di awal tahun. Sebagai contoh, pasokan sepuluh sak tepung terigu per hari pada saat pertama kali berbisnis, didapatnya dari berhutang.

Pemasaran Luas
Pria bernama lengkap Suhandoyo Banawi ini, mendapatkan resep mie keringnya dari warisan turun - temurun. Resep itu kemudian dia ajarkan kepada sepuluh karyawannya kala itu. Dalam membuat mie, dirinya tak menggunakan mesin, melainkan tangan, namun mengeringkannya memakai oven. Inilah yang menjadi keunikan produk buatan Suhandoyo.

Untuk pemasaran pun dirinya menyasar langsung pada pasar tradisional, bukan distributor. Ini dia lakukan agar produk yang menggunakan merek ”Mie Ikan Paus” ini bisa mencakup segmen yang lebih luas. Wilayah pemasarannya pun tak cukup di seputaran pulau Jawa, namun meluas hingga Banjarmasin dan Balikpapan.

Bersyukur
Setiap bisnis pasti akan menemui permasalahan yang beragam. Suhandoyo selalu memberikan perhatian pada hal – hal kecil yang seringkali diremehkan dan dengan mudah diabaikan. Padahal, perkara – perkara sepele itu bagaikan mata pisau. Mereka memiliki potensi membawa bisnis menjadi sukses, namun bisa juga sebaliknya.

Termasuk yang menyangkut karyawan. Suhandoyo adalah contoh pengusaha yang peduli pada karyawannya. Ketika kinerja seorang karyawan menurun dan mempengaruhi produktivitas usaha secara umum, maka dirinya tak sungkan – sungkan menanyakan langsung apa penyebabnya.

Permasalahan lain yang umum ditemui adalah kenaikan harga bahan baku tepung terigu. Ini pun dirasakan Suhandoyo. Namun dirinya menyikapi itu dengan tetap berpikiran positif dan bersabar. Sebab setiap bisnis pasti akan mengalami pasang surut. Dirinya tetap optimis harga terigu akan kembali normal sehingga bisnisnya bisa kembali berjalan.

Satu hal yang juga tak pernah dilupakannya adalah selalu bersyukur atas apapun yang terjadi. Artinya, ketika bisnis berjalan lancar, dia bersyukur. Dan ketika didera permasalahan pun dirinya tetap bersyukur, sebab syukur adalah ungkapan bahwa manusia tak ada apa – apanya di hadapan Tuhan.

Dalam menghadapi persaingan pun Suhandoyo punya cara tersendiri. Dia tetap mengolah produk mie nya dengan cara jujur, tak ingin melakukan hal – hal yang kurang berkenan, seperti mencampur bahan ini dengan bahan itu. Sebab, cara – cara seperti itu hanya akan merusak citra produknya.

Misoa
Bisnis Suhandoyo semakin berkembang ketika dirinya menambah produk misoa kering pada tahun 2003. Untuk yang satu ini, dirinya memberikan kepercayaan kepada putranya yang bernama Sandy Banawi, untuk menangani. Jumlah karyawannya pun kini bertambah menjadi 50 orang.

Suhandoyo adalah teman baik Sriboga Raturaya. Bagaimana tidak, dirinya telah menggunakan semua produk selain Pita Merah, sejak Sriboga pertama kali beroperasi penuh di tahun 1998. Produk – produk itu misalnya Tali Kuning, Naga Merah, Naga Hijau, Naga Biru, Tali Emas dan Beruang Biru.

Kini, dengan kebutuhan terigu sebanyak 250 sak per hari, bisa dibayangkan berapa omzet yang dihasilkan per minggunya. Selama berteman dengan Sriboga, dirinya juga telah beberapa kali diajak berpartisipasi dalam acara Mega Jateng Fair, Pasar Semawis dan Jateng Fair 2011.

(Sriboga) BANGGA JAWA TENGAHKU, BANGGA SRIBOGAKU


www.sriboga-flourmill.com

Jateng Fair merupakan ajang tahunan yang digelar Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, sebagai sarana promosi produk dan hasil pembangunan dari seluruh kabupaten di Propinsi ini. Selain itu, acara yang dahulu bernama Pekan Raya Promosi Pembangunan ini, juga dimeriahkan berbagai arena hiburan keluarga dan panggung seni. Tahun ini, perhelatan Jateng Fair diikuti kurang lebih 280 stan, dengan pengunjung mencapai 225 ribu orang dan nilai transaksi hingga 40.2 miliar rupiah.

Tanggal 17 Juni 2011 lalu, Jateng Fair 2011 dibuka resmi oleh Gubernur, ditandai pemukulan gong. Dalam sambutannya, Bapak Bibit Waluyo berharap ajang ini bisa memberi kesempatan bagi para pelaku usaha di Jawa Tengah, untuk lebih berkembang lagi.

Ajang Jateng Fair ini tentunya tak disia – siakan Sriboga Raturaya, untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat Jawa Tengah, lewat promosi produk – produk berkualitas tinggi. Tahun ini, Sriboga tampil dengan dekorasi stan yang indah nan memikat. Susunan lampu gantung serta latar belakang yang dominan berwarna kuning, memberikan kesan cerah nan meriah. Stan juga dilengkapi kursi – kursi bagi pengunjung yang menyempatkan diri mampir.

Stan ini diisi sekitar 16 Mitra Sriboga yang secara bergantian memamerkan produk andalan mereka. Mitra - mitra ini merupakan para pelaku UMKM yang telah membuktikan kehebatan tepung terigu produksi Sriboga, sehingga mendulang kesuksesan.

Tak hanya memajang produk, tiap akhir pekan, mereka juga mendemonstrasikan cara pembuatan produk yang mereka jual. Demo ini cukup menarik perhatian pengunjung yang sedang melintas. Contohnya saat Bakpia Pathuk 72 mempertontonkan cara pembuatan bakpia dengan berbagai macam isian. Pengunjung terlihat antusias dengan mengajukan banyak pertanyaan seputar jenis terigu Sriboga yang digunakan, serta kelebihannya. Tak cukup menyaksikan demonstrasi, pengunjung juga berkesempatan mencicipi bakpia yang telah diracik tersebut.

Antusiasme ini terus berlanjut pada mitra – mitra lain tiap minggunya. Hingga akhir perhelatan Jateng Fair 10 Juli 2011 lalu, stan Sriboga selalu ramai disambangi pengunjung. Misalnya ketika Lumpia Pak Edy juga berkesempatan mempertunjukkan pembuatan kulit lumpia. Selama ini orang hanya sebatas menikmati camilan khas Semarang ini, namun ketika seorang karyawan Pak Edy memulai aksinya, para pengunjung pun berduyun – duyun ingin menyaksikan langsung.

Pada ajang Jateng Fair 2011 ini, Sriboga Raturaya tak hanya mempromosikan tepung terigu dan produk makanan yang dihasilkan darinya. Dalam rangka menggugah minat masyarakat untuk ikut berwirausaha, Sriboga juga berbagi kisah sukses sejumlah pelaku UMKM berbasis terigu, yang telah bertahun – tahun menjadi Mitra Sriboga.

Kisah – kisah tersebut tertuang dalam sebuah buklet. Di dalamnya para Mitra Sriboga menceritakan perjalanan usaha yang diawali dengan susah payah dan air mata, namun tetap ditekuni dengan sabar, hingga akhirnya menuai kesuksesan yang membuat hidup lebih bahagia. Mereka memiliki kisah uniknya masing – masing, yang saling berbeda satu sama lain.

Beruntung bagi pengunjung stan Sriboga yang telah mendapatkan buklet ini secara gratis, sebab cerita – cerita di dalamnya mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi masyarakat luas, untuk memulai sebuah usaha dan menjadi mitra Sriboga berikutnya.

Stan Terfavorit
Dekorasi stan yang cantik dan strategi jitu lewat kegiatan demo yang interaktif, terbukti mengundang perhatian banyak pengunjung. Apalagi ketika mereka yang melintas diberi kesempatan mencicipi gratis produk makanan dari para Mitra Sriboga, membuat stan ini menjadi tujuan utama yang harus disambangi. Maka tak heran jika pada penutupan Jateng Fair 2011 kemarin, Sriboga Raturaya mendapatkan penghargaan sebagai Stan Terfavorit peringkat pertama.

Perhelatan Jateng Fair 2011 mengusung tema ’Bangga Jawa Tengahku’. Demikian pula halnya dengan Sriboga Raturaya, yang telah menjadi kebanggaan mitra – mitranya, dan masyarakat Jawa Tengah khususnya. Sebab, dengan kualitas produk, layanan serta program kemitraan yang mumpuni, Sriboga menjadi perusahaan yang diperhitungkan dalam meningkatkan dan memajukan kehidupan ekonomi Jawa Tengah, sehingga tumbuh menjadi propinsi yang membanggakan bagi masyarakatnya.

(Sriboga) BERANI DAN MODAL NEKAD


www.sriboga-flourmill.com

Seperti kebanyakan orang yang ingin keluar dari hidup yang serba terbatas, Sodikin pun rela meninggalkan kampungnya tercinta, untuk mengadu nasib di tempat lain. Dan yang menjadi pilihannya adalah kota Semarang, yang menjanjikan masa depan bagi orang – orang di sekitar Jawa Tengah.

Menderita Di Awal Tahun
Sodikin pun hijrah ke Semarang dan bekerja di bagian food court pada sebuah perusahaan. Setelah beberapa tahun bekerja di sana, Sodikin merasa tak mungkin bisa jadi orang sukses jika terus – terusan jadi karyawan. Dia sadar harus maju, harus berubah. Sodikin pun mulai berpikir membuka usaha sendiri. Dan yang jadi pilihannya adalah martabak, sebab menurutnya cara membuatnya mudah.

Dibantu Sunarti sang istri, Sodikin mengawali usaha pada tahun 1993 dengan berjualan secara kaki lima. Bukan hanya martabak, dirinya juga menambah dengan tahu petis. Namun, kenyataan memang tak seindah harapan. Karena perantau, dirinya sama sekali tak punya teman di Semarang. Sehingga tak tahu strategi apa yang harus dijalankan agar sukses berjualan di kota ini. Akibatnya, di awal tahun usahanya tak memberikan hasil maksimal. Sehari dia hanya mendapatkan keuntungan Rp. 11.000.

Sodikin lalu berpikir, dia harus melakukan sesuatu untuk menghidupi keluarganya. Dirinya lalu mencoba berjualan durian. Tapi ternyata itu pun tak berhasil, sebab Sodikin tak memperoleh keuntungan apapun. Hal itu memaksanya kembali berpikir keras.

Hingga kemudian dia memutuskan menarik becak di siang hari, dan malamnya berjualan martabak, dengan kondisi badan yang sudah lelah setelah menarik becak. Sodikin menuturkan, setidaknya selama kurang lebih delapan tahun dirinya belum bisa menikmati hasil dari perjuangan yang dilakukan.

Secercah Harapan
Walaupun lelah, Sodikin tetap menjalaninya dengan sabar. Dirinya sadar harus terus bergerak. Hingga kemudian bisnisnya menunjukkan secercah harapan di tahun 1998, ketika dirinya punya keinginan membuka kantin sekolah. Berkat informasi dari teman, Sodikin lalu menemui seorang kepala sekolah walaupun tidak kenal, untuk mengutarakan niatnya. Dirinya melakukan itu hanya dengan modal nekad dan keberanian.

Dan Sodikin pun akhirnya diberi kesempatan membuka kantin di sekolah tersebut. Lalu, dengan modal nekad dan keberanian pula, dirinya berinisiatif bergabung dengan Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI). Ini dia lakukan agar wawasan dan pergaulannya semakin luas, yang nantinya akan bermanfaat bagi kemajuan usahanya.

Kini, dengan usaha berlabel ”Martabak Bang Sodik” usahanya mulai banyak dikenal dan memiliki dua cabang. Apalagi ketika seorang ajudan Walikota Semarang memesan martabak yang dia buat, untuk menjamu tamu dalam sebuah acara. Berkat rekomendasi sang ajudan, Walikota Semarang pun termasuk dalam daftar pelanggan setianya. Sodikin kini juga melayani pesanan untuk pesta pernikahan. Tak tanggung – tanggung, dirinya mampu memenuhi permintaan hingga sepuluh gedung di hari Sabtu dan Minggu.

Modal Nekad
Sodikin menuturkan, kunci kesuksesannya adalah berani dan modal nekad serta optimis. Dan yang tak kalah penting, untuk perantau seperti dirinya, harus segera punya teman, sebab itu sangat membantu kelancaran usaha. Dan dari berteman dengan Sriboga Raturaya, dirinya menemukan bahan baku yang tinggi kualitasnya.

Lebih dari itu, Sodikin dan istri juga merasa dihargai, sebab mendapatkan bimbingan usaha lewat sarana Koperasi Mitra Sriboga. Selain itu, dia juga diajak mengunjungi sentra industri kecil lain untuk studi banding. Setelah belasan tahun berbisnis martabak, Sodikin sudah mendapatkan hasil yang semakin melebarkan senyumnya. Omzet usahanya mencapai 30 juta per minggu, dengan konsumsi empat sak Beruang Biru dan Tali Emas per minggunya.