SEHAT DAN AWET MUDA DENGAN AIR HEKSAGONAL


Dimuat di harian Suara Merdeka, 29 Maret 2010
Selama ini keseharian masyarakat tidak lepas dari konsumsi air mineral kemasan. Lalu muncul varian baru, Air Oksigen, dengan rasa berbeda dan terkesan agak aneh bagi yang pertama kali mencicipi. Teknologi ini bekerja dengan mengikat molekul oksigen pada molekul air biasa. Selanjutnya, air yang sudah ditempeli oksigen dikemas dalam keadaan mampat bertekanan. Proses ini menghasilkan oksigen berkadar 80 ppm (8 mg oksigen per 100 g air). Namun, air beroksigen tidak bisa disimpan lama, karena oksigen dapat menembus keluar kemasan plastik (polimer) yang berpori halus, sehingga air beroksigen berubah menjadi air biasa walaupun dalam botol tertutup.

Produk ini menawarkan manfaat yang lebih berkhasiat, karena kandungan oksigen terlarut dalam air memberikan dampak positif bagi kesehatan. Air beroksigen mampu meningkatkan suplai oksigen, melarutkan zat gizi, dan mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Selain itu, produk ini juga merangsang kelangsungan hidup sel, mengatur suhu tubuh sehingga dapat melarutkan bahan berbahaya dan zat buangan ke luar tubuh. Efektivitas berbagai fungsi tersebut dipengaruhi kualitas air bersangkutan, kondisi kesehatan tubuh, interaksi dengan zat gizi lain, antibiotik dan obat - obatan.

Air Heksagonal
Kini, muncul teknologi lebih baru di bidang pemurnian air, yaitu Air Heksagonal. Perbedaan utama air biasa dan heksagonal terletak pada formasi kelompok molekul H2O, akibat sejumlah gaya yang bekerja sehingga memungkinkan molekul H2O membentuk formasi tertentu. Pada air biasa termasuk air beroksigen, lima molekul H2O berkelompok membentuk formasi pentagonal, selanjutnya kelompok - kelompok tersebut membentuk rangkaian berupa air yang kita konsumsi sehari – hari. Pada air heksagonal, enam molekul H2O berkelompok membentuk formasi heksagonal (segi enam). Ini terjadi karena air dipengaruhi magnet dan radiasi elektrik tertentu (gelombang panjang infra merah).

Air heksagonal membentuk kelompok kecil dan stabil. Menguntungkan bagi tubuh karena lebih mudah masuk ke dalam sel, mengaktifkan proses metabolisme sel, membantu melindungi inti sel dari sisa metabolisme, meningkatkan kandungan oksigen dan daya serap terhadap zat gizi dan menghasilkan lebih banyak energi. Selain itu, juga lebih efektif melarutkan dan membuang sisa metabolisme berupa racun.
Tubuh manusia mengandung 70% cairan yang terdiri tiga komposisi : air heksagonal (62%), air pentagonal (24%) dan air tetrahedral (14%). Satu sama lain terikat membentuk rantai. Penurunan volume air heksagonal dalam tubuh hingga 50 – 60% bisa menyebabkan kematian. Bahan pengawet dan pewarna makanan, antibiotik, logam berat pada ikan tercemar, residu pestisida pada buah dan sayuran, radiasi, alkohol, stres serta depresi dapat merusak air heksagonal, dan meningkatkan volume air pentagonal dalam tubuh. Bahkan, faktor - faktor tersebut bisa langsung memicu terbentuknya sel kanker.

Air heksagonal sesungguhnya bisa ditemui pada air dingin (air es), air terjun dan aliran sungai yang masih segar, alami dan mengandung banyak larutan oksigen, dengan struktur molekul kecil dan sedikit alkalin. Adalah Dr. Mu Shik Jhon, ahli struktur air asal Korea Selatan, yang pertama kali melakukan penelitian tentang ini. Dr. Jhon melakukan riset terhadap penduduk Himalaya, Pakistan Utara, dan Okinawa yang dikenal memiliki harapan hidup tinggi (awet muda). Ternyata, setiap hari mereka mengkonsumsi air heksagonal yang ukuran molekulnya kecil, sekitar 70 - 80 Hz (air biasa, besar molekulnya 100 Hz lebih). Dibutuhkan waktu hingga 40 tahun bagi Dr. Jhon mengembangkan teknologi ini.

Terbentuknya Air Heksagonal
Dalam bentuk es, setiap enam molekul air ‘bergandengan tangan’ dalam ikatan hidrogen, membentuk suatu watercluster yang berstruktur cincin segi enam (heksagonal). Pembuatan air heksagonal membutuhkan campur tangan energi yang dipaksakan, agar molekul air bergandengan tangan. Misalnya energi magnetik, sinar infra merah, atau getaran yang bisa berdampak dilepaskannya banyak radikal bebas, sehingga membentuk struktur heksagonal. Perlu diketahui, molekul air memiliki sifat - sifat elektrik dan magnetik.
Karena berbentuk segi enam, di antara enam molekul itu terdapat ruang kosong yang dimensinya lebih besar dari molekul air itu sendiri. Itu sebabnya ketika membeku, air memuai karena memakan ruang lebih besar. Di ruang kosong ini, molekul oksigen terjebak dan tak bisa meloloskan diri. Hasilnya, struktur air heksagonal mengandung oksigen lebih banyak dibanding air biasa.
Jika suhu air dinaikkan, oksigen terlarut akan mengecil. Sebagai gambaran, pada suhu 30°C, kelarutan oksigen akan turun separuh dibanding pada es. Kenaikan suhu membuat gerakan molekul air lebih cepat, sehingga menghancurkan struktur heksagonal dan melepaskan oksigen yang terperangkap. Itu sebabnya air es lebih segar dari air hangat, karen air es mengandung oksigen lebih banyak dari air hangat.

Agar terbentuk air heksagonal, dibutuhkan kondisi – kondisi sebagai berikut :
- Air bersih, dengan jumlah oksigen terlarut lebih dari maksimum.
- Jumlah mineral esensial harus cukup, terutama Ca2+ sebagai agen pembuat formasi
heksagonal yang terlarut dalam air.
- pH sekitar 7,1 - 7,4
- Suhu air normal mendekati dingin.
- Selanjutnya air diionisasi menggunakan energi fisik dan elektromagnetik, dikombinasi tembakan gelombang sinar infra merah.
Kondisi – kondisi itulah yang menjadi prinsip dasar diproduksinya alat pembuat air heksagonal, yang kini banyak dijual dengan bandrol mencapai jutaan rupiah, sehingga belum semua kalangan bisa menikmati manfaatnya.

Banyak ragam dan variasinya, namun intinya, alat ini bekerja mengubah struktur air pentagonal menjadi heksagonal lewat proses ionisasi, menggunakan energi fisik yang menjadikan air berputar membentuk pusaran. Pusaran air dihasilkan dari magnet yang terdapat dalam alat.

Satu hal, air heksagonal bisa terurai selama masa penyimpanan atau saat dipasarkan dalam kemasan siap minum. Disarankan, air heksagonal diminum kurang dari 20 menit sejak disiapkan, atau disimpan dalam lemari es bersuhu 8°C, serta terhindar dari cahaya matahari langsung. Selama masa penyimpanan, sangat mungkin air heksagonal berubah menjadi air biasa.

Di satu sisi, air heksagonal telah berhasil menarik perhatian masyarakat hingga mendatangkan konsumen. Namun di sisi lain, sejumlah ahli masih meragukan kredibilitas teori Dr. Jhon. Seperti Dr. Paul Shin, peneliti California State University Northridge. Penelitiannya membandingkan air heksagonal dengan Air Ultra Murni menggunakan eksperimen NMR. Dr. Shin menyimpulkan, kedua jenis air tersebut identik memiliki lebar garis 170-NMR. Dia menambahkan, walaupun diuji dengan garam atau vitamin C, tetap tidak memberikan hasil berbeda, bahkan urine pun memiliki lebar garis yang sama dengan air heksagonal. Sementara itu Stephen Lower, mantan staf Simon Fraser University, Vancouver, Canada, menyayangkan maraknya penipuan yang mengatasnamakan air heksagonal. Penipuan itu merusak reputasi Dr. Mu Shik Jhon sebagai ilmuwan sejati. Lower berpendapat, tidak mungkin peneliti sekaliber Dr. Jhon menyebarkan junk science.

Sangat disayangkan Dr. Jhon meninggal pada tahun 2004 silam, sehingga tidak sempat memberikan sanggahan atau klarifikasi tentang sikap skeptis terhadap teknologi air heksagonal yang telah ditelitinya selama puluhan tahun.