MOBIL TANPA PENGEMUDI


Dimuat di Harian Suara Merdeka, 28 februari 2011
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/28/138361/Mobil-Tanpa-Pengemudi

Ingatkah anda dengan KITT, mobil cerdas yang dikendarai David Hasselhoff dalam serial Knight Rider ?. Mobil Pontiac Trans Am hitam itu dilengkapi teknologi canggih yang membuatnya bisa berjalan otomatis tanpa dikemudikan manusia.

Menjelang akhir 2010 lalu, Google, Inc mengumumkan kesuksesan serangkaian uji coba yang telah mereka lakukan terhadap teknologi mobil tanpa pengemudi. Dr. Sebastian Thrun, direktur Stanford Artificial Intelligence Laboratory, sekaligus salah satu pencipta Google Street View memimpin proyek ini.

Dr. Thrun bersama timnya yang berjumlah lima belas ahli, menggunakan Toyota Prius dan Audi TT yang dilengkapi sensor di beberapa titik mobil. Pada salah satu uji coba, mobil melaju dari kampus Google di San Francisco, melewati jalan bebas hambatan hingga lalu lintas perkotaan yang padat, dan berakhir di Los Angeles. Secara keseluruhan, Google telah melakukan uji coba selama beberapa bulan menggunakan enam mobil, menjelajahi berbagai wilayah hingga jarak lebih dari 224.000 kilometer.

Sensor Radar
Mobil ini menggunakan peranti lunak kecerdasan buatan yang dapat merasakan apapun di sekitarnya, dan meniru keputusan yang dibuat seorang pengemudi manusia. Dia melaju mengikuti rute yang telah diprogram ke dalam sistem navigasi GPS berakselerasi cepat. Mobil ini juga mampu mengontrol kecepatan pada jenis jalan berbeda (jalan sempit, jalan tol, jalan padat), dan saat berhenti di lampu merah.

Untuk mengendalikan mobil, digunakan kamera video yang ditempatkan pada kaca depan. Kamera ini mendeteksi lampu lalu lintas dan pergerakan di sekitar mobil, misalnya pejalan kaki dan pengendara sepeda. Sensor Lidar (Light Detection and Ranging) yang ditempatkan di atas mobil, bergerak ke semua arah dan mampu menghasilkan peta tiga dimensi secara rinci tentang lingkungan di sekitar mobil, hingga jarak 60 meter. Peta terperinci juga dikumpulkan secara manual menggunakan kendaraan berpengemudi untuk keperluan navigasi, dan disimpan di pusat data Google.

Tiga sensor radar dipasang di bagian depan mobil dan satu di belakang, untuk menentukan posisi dan jarak benda di sekitar mobil. Sebuah sensor juga dipasang pada roda kiri belakang, fungsinya mengukur pergerakan kecil mobil dan membantu menentukan posisi mobil di peta secara akurat. Selain itu dipasang pula penjejak jarak laser untuk mendeteksi lalu lintas.

Selama pengujian, mobil ini belum pernah mengalami tabrakan. Satu – satunya human error yang terjadi adalah ketika mobil ditabrak dari belakang oleh seorang pengendara di lampu merah. Untuk menjamin keselamatan, mobil uji ini selalu ditumpangi pengendara terlatih, jika sewaktu – waktu dibutuhkan. Total, Google merekrut lebih dari duabelas pengemudi tanpa cela yang tak pernah tercatat melakukan pelanggaran berkendaraan, untuk berpartisipasi dalam proyek ini.

Selain itu, ditempatkan juga operator terlatih di kursi penumpang untuk memonitor peranti lunak yang digunakan. Pada dasarnya, peranti tersebut akan ‘belajar’ dari rute dan kondisi jalan yang dilewati, misalnya rambu lalu lintas dan garis marka, sehingga mobil bisa beradaptasi dengan karakteristik jalan yang akan dilewati. Dijamin, mobil ini sangat patuh pada peraturan lalu lintas.

Mengurangi Angka Kecelakaan
Tujuan utama penciptaan teknologi ini adalah untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas akibat kesalahan manusia. Mobil ini bereaksi lebih cepat dari manusia, memiliki persepsi 360 derajat dan tak teralihkan oleh gangguan apapun yang dilakukan manusia seperti mengantuk, mabuk, berkendara sambil menelepon, atau memegang benda lain selain kemudi. Lebih dari 37.000 orang tewas dalam kecelakaan mobil di Amerika Serikat pada tahun 2008. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1,2 juta orang tewas di jalan raya di seluruh dunia setiap tahun. Sebagaian besar adalah akibat kesalahan manusia. Google menyebutkan, teknologi mobil tanpa pengemudi memungkinkan berkendara lebih aman, terutama saat jarak antar kendaraan saling berdekatan.

Selain itu, mobil dirancang dengan bobot lebih ringan, sehingga bisa mengurangi konsumsi bahan bakar. Google berharap teknologi ini mampu mengurangi resiko kecelakaan hingga separuhnya. Juga diharapkan akan mengurangi volume kepadatan lalu lintas, tingkat konsumsi energi dan emisi gas karbon. Namun, teknologi ini masih perlu pengembangan. Menurut Google, setidaknya butuh waktu delapan tahun agar teknologi ini bisa diproduksi massal. Salah satu kendalanya, semua undang - undang lalu lintas saat ini mengasumsikan adanya pengemudi manusia dalam sebuah kendaraan.

Dalam pergelaran TechCrunch 29 September 2010 lalu di San Francisco, CEO Google Eric Schmidt mengatakan, mobil seharusnya bisa melaju sendiri tanpa ada yang mengemudikannya. Ucapan Schmidt itu barangkali sebagai pertanda akan diumumkannya proyek yang sebelumnya dirahasiakan ini.

Namun, kritik selalu muncul terhadap setiap inovasi. Rob Enderle dari Enderle Group di San Jose California menyebutkan, ‘fokus’ adalah kata yang tak pernah dipelajari Google. Sebab proyek - proyek Google berupa distribusi listrik, desain kendaraan, dan kecerdesan buatan, tak sejalan dengan inti bisnis perusahaan. Dan satu hal lagi, sayangnya mobil ini belum bisa bicara seperti KITT.