TERBANG DENGAN KERETA MAGLEV


Dimuat di harian Suara Merdeka, 14 September 2011

Kereta api merupakan moda transportasi massal yang favorit di negara mana pun, termasuk di Indonesia. Di masa liburan seperti Lebaran, kursi kereta selalu penuh diserbu pemudik yang hendak pulang ke kampung halaman.

Di beberapa negara maju, seperti Jepang, Jerman, dan Amerika, kebutuhan akan moda ini memaksa mereka menciptakan inovasi, berupa kereta yang mampu melaju dengan kecepatan seperti jet.

Kereta super cepat seperti itu dikenal dengan Magnetically Levitated (Maglev), yaitu kereta yang bergerak melayang akibat gaya magnet. Kereta ini melayang karena gerbongnya tak menempel pada rel. Proses terbang disebabkan oleh gaya tolak magnet pada rel, sehingga kereta terangkat sekitar 10 milimeter ñ 1 sentimeter.
Kemampuannya melesat hingga 650 kilometer / jam, dihasilkan oleh motor induksi, yaitu tenaga penggerak yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnet. Pergerakan kereta merupakan hasil interaksi antara rel yang mengandung magnet dengan mesin induksi, yang juga menghasilkan medan magnet pada kereta.

Kereta Maglev dirasakan lebih hemat dalam perawatan, sebab tak memiliki roda yang perlu diganti secara berkala, seperti pada kereta konvensional. Rel Maglev juga tak mengalami aus, dikarenakan pergerakan kereta tak menimbulkan gesekan. Tak adanya gesekan juga menjadikan kereta ini tak mengeluarkan suara yang mengganggu.
Namun kereta jenis ini juga tak lepas dari kekurangan. Dikarenakan melaju dengan kecepatan yang sedemikian tinggi, potensi kecelakaan bisa terjadi jika terdapat gangguan pada sistem induksi magnet.

Gaya Angkat

Gaya angkat pada kereta Maglev menggunakan prinsip gaya tarik dan tolak kutub magnet. Magnet pada dinding yang memagari rel, dihasilkan oleh induksi elektromagnet akibat gerakan kereta. Ketika posisi kereta beberapa sentimeter di bawah pusat magnet dinding ini, maka kutub selatan dinding akan menarik kereta ke atas, dan kutub utaranya juga mendorong kereta ke atas. Gaya tarik dan dorong ini menyebabkan kereta melayang.

Dinding rel tak hanya berfungsi menggerakkan dan mengangkat kereta. Namun juga sebagai pengendali arah, agar kereta tak keluar jalur (anjlok).
Ketika kereta oleng ke kiri, kumparan kawat dinding kiri dan kanan berubah menjadi magnet. Magnet pada kedua sisi dinding memiliki kutub yang sama.
Misal gerbong yang berhadapan dengan dinding kiri memiliki kutub utara, dan gerbong yang berhadapan dengan dinding kanan memiliki kutub selatan. Pada sisi kiri akan terjadi tolak - menolak antara kutub utara dinding dan kutub utara gerbong. Sementara pada sisi kanan terjadi tarik menarik antara kutub utara dinding dan kutub selatan kereta. Gaya ini akan mengembalikan kereta pada posisi stabil di tengah rel.

Gaya angkat Maglev menyebabkan kereta sama sekali tak menyentuh rel, sehingga tak terjadi gesekan. Akibatnya, keareta meluncur dengan kecepatan tinggi tanpa resistensi (hambatan) gesekan. Yang tersisa adalah resistensi udara, dan untuk mengatasinya dibuatlah rancangan kereta yang bagian depannya berbentuk moncong pesawat terbang.
Untuk membuat kereta bergerak, juga menggunakan gaya magnet. Barisan magnet yang tersebar di sepanjang dinding rel, dihasilkan oleh arus listrik bolak - balik dari beberapa stasiun terdekat. Kutub utara di gerbong paling depan, ditarik oleh kutub selatan dan ditolak oleh kutub utara dinding rel. Hal serupa juga terjadi pada sisi lain kereta. Gaya tarik dan tolak yang bekerja bersamaan ini, membuat kereta bergerak.

Insiden

Teknologi dasar motor induksi, pertama kali dipatenkan Eric Laithwaite pada tahun 1948, dengan nama Electromagnetic Levitation. Sementara paten untuk kereta Maglev dikeluarkan pada tahun 1969 di Amerika Serikat. Kendati demikian, Jepang dan Jerman merupakan negara yang rajin melakukan pengembangan teknologi Maglev. Disebabkan besarnya investasi moda transportasi ini, di tahun 2005 hanya ada dua jalur Maglev di dunia yang dibuka untuk umum, yaitu di China dan Jepang.
Di Jerman, peristiwa kecelakaan yang disebabkan kereta Maglev pernah terjadi pada 22 September 2006. Kereta ini menabrak sebuah gerbong pemeliharaan, sehingga memakan 23 korban jiwa dan sepuluh orang luka ñ luka. Insiden lain juga terjadi di China pada 11 Agustus 2006. Sebuah kereta Maglev terbakar sesaat setelah meninggalkan stasiun Longyang di trayek komersial.

Terlepas dari itu, di sisi lain, Maglev juga menawarkan kenyamanan bertransportasi. Interior kereta ini dibuat apik setingkat kelas bisnis pada pesawat terbang. Kereta ini juga dilengkapi pemanas dan pendingin udara, serta piranti antigetar, sehingga penumpang merasa nyaman, sambil menikmati indahnya pemandangan di luar kereta.