PRODUKSI MINYAK DARI SAMPAH
Dimuat di harian Suara Merdeka, 20 Februari 2012
Tak bisa dipungkiri, energi adalah kebutuhan yang amat vital bagi kehidupan. Namun, seiring pertumbuhan jumlah manusia, kebutuhan energi pun semakin meningkat. Tentunya ini mengakibatkan cadangan energi di seluruh dunia semakin menipis. Karenanya, dibutuhkan sumber energi alternatif yang mampu memenuhi kebutuhan yang akan terus bertambah.
Tapi masalahnya, saat ini ketersediaan energi dunia tengah menghadapi dua tekanan, yaitu produksi minyak yang hampir mencapai batas krisis, dan jumlah manusia yang terus bertambah tiap tahun. Guna menyikapi fakta ini, para peneliti telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah konversi sampah menjadi energi. Namun, penelitian bertahun – tahun di bidang ini, masih belum memberikan hasil maksimal.
Thermal Depolymerization Process
Salah satunya adalah proyek yang dikerjakan Changing World Technologies (CWT), sebuah perusahaan energi pimpinan Brian S. Appel. Perusahaan ini menawarkan solusi lewat sistem konversi material sampah menjadi minyak, dengan metode Thermal Depolymerization Process (TDP).
Ini merupakan proses depolimerisasi yang menggunakan teknik Hydrous Pyrolysis, untuk mereduksi material sampah yang kompleks menjadi minyak mentah. Hydrous Pyrolysis adalah dekomposisi termal yang terjadi ketika kandungan organik dipanaskan dalam suhu tinggi dengan bantuan air.
Sistem TDP menyerupai proses geologi alami saat memproduksi bahan bakar fosil. Polimer rantai panjang hidrogen, oksigen dan karbon, diubah menjadi petroleum hydrocarbon rantai pendek, dengan panjang maksimum 18 karbon.
Instalasi TDP menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memasak dan memecah bahan sampah (dipolimerisasi) tanpa bantuan oksigen. Prosesnya dilakukan dengan cara memanipulasi suhu dan tekanan, menjadi rantai hidrokarbon. Ini adalah proses tertutup yang tak menghasilkan limbah berbahaya, insinerasi atau residu beracun.
TDP menghancurkan material sampah hingga ke unit kimia terkecil, dan merubahnya menjadi bentuk baru, guna memproduksi bahan bakar alternatif. Proses ini mirip dengan aktivitas geotermal bumi, di mana material organik dikonversi menjadi bahan bakar fosil dengan kondisi tekanan dan panas yang ekstrim, selama berjuta – juta tahun.
Tahapan Proses
Proses konversi diawali dengan memasukkan material sampah cair rumah tangga, residu minyak, limbah medis, botol plastik dan ban karet ke dalam mesin penggiling. Bahan – bahan tersebut dihancurkan secara mekanik menjadi serpihan - serpihan kecil, yang kemudian dipindah ke reaktor pertama, berupa mesin pemasak raksasa bertekanan tinggi.
Sampah lalu dicampur air dan dipanaskan hingga suhu 260 derajat Celsius dan tekanan 600 PSI. Pada tahapan ini, rantai kimia panjang (polimer) mulai berubah menjadi rantai molekul yang lebih pendek dan sederhana. Proses ini juga mampu membunuh organisme dan penyakit berbahaya seperti spora Bacillus Stearothermophilus dan penyebab penyakit sapi gila, Bovine Spongiform Enchephalitis (BSE).
Berbeda dengan teknik pengolahan sampah lainnya, keberadaan air pada TDP berfungsi mengalirkan panas dan memproduksi tekanan secara efisien, sehingga menurunkan kebutuhan total energi untuk memasak sampah. Proses pemasakan dalam reaktor raksasa berlangsung 15 menit. Selanjutnya sampah dialihkan secara cepat ke dalam ruang dekompresi.
Dari ruangan ini, sampah masuk ke tahap pengolahan berikutnya dan dalam kondisi kering 90%. Kemudian sampah disuling dalam tungku, menggunakan teknik penyulingan minyak dengan suhu mencapai 480 derajat Celsius. Dari proses inilah akhirnya dihasilkan minyak mentah sebanyak 500 Barrel per hari. Bukan hanya minyak, produk lain juga dihasilkan oleh instalasi yang berlokasi di Carthage Missouri, Amerika Serikat ini, yaitu gas, air dan grafit.
Dengan memanfaatkan arus sampah di bawah tanah, energi yang diproduksi dari proses konversi ini tidak menambah kandungan karbon di atmosfir maupun emisi beracun. Dengan kata lain, TDP telah membantu mencegah terjadinya pemanasan global.
Keraguan Ahli
Namun, seorang ahli energi bernama Jim Trounson meragukan, apakah TDP sungguh bisa diandalkan. Keraguan ini didasarkan pada fakta bahwa sejauh ini sekian banyak dana telah digelontorkan guna membiayai berbagai penelitian energi alternatif, namun tak satupun memberikan hasil bermanfaat.
Sikap skeptis itu juga disebabkan pihak CWT yang cenderung tertutup dan tidak mempublikasikan berapa nilai dana sebenarnya, yang telah dihabiskan untuk proyek TDP ini. Trounson berpendapat, dari nilai tersebut bisa diketahui apakah CWT berencana melanjutkan dengan skala yang lebih besar.
Dirinya juga menganggap, tak ada verifikasi independen atas klaim CWT yang menyebutkan, instalasi TDP Carthage telah beroperasi dengan sukses dan mencapai performa yang diharapkan. Namun terlepas dari itu, Trounson menilai, jika metode TDP ini berjalan sukses, maka seluruh penduduk bumi benar – benar akan merasakan manfaatnya.
Langganan:
Postingan (Atom)