SELAMAT DATANG, TELEVISI HOLOGRAM
Dimuat di harian Suara Merdeka, 16 Mei 2011
Tentunya Anda masih ingat pada film Star Wars yang melegenda. Ada satu adegan yang menampilkan karakter Obi-Wan Kenobi sedang berbicara dengan Putri Leia Amidala dalam tampilan hologram. Teknologi yang pada era 80-an tersebut hanyalah sebuah sains-fiksi, tak lama lagi akan menjadi sains-fakta, yang akan menghadirkan aksi Angelina Jolie, Lady Gaga atau Valentino Rossi di ruang keluarga Anda.
Televisi 3 dimensi (3D) belum lagi mencapai euforianya, namun kini banyak perusahaan berlomba – lomba mengembangkan televisi hologram, yang menampilkan gambar solid (bukan transparan) yang bergerak, dalam wujud 3 dimensi yang nyata. Dan yang paling penting, tak perlu mengenakan kaca mata 3D atau peralatan khusus lainnya.
Efek 3D
Pada televisi 3D yang ada selama ini, gambar dipancarkan pada mata pemirsa melalui layar, sehingga pemirsa diharuskan duduk di depan televisi agar dapat menangkap gambar yang ditampilkan.
Efek 3 dimensi itu dihasilkan dengan cara menyaring cahaya dari layar televisi, melalui lengkungan film berukuran piksel yang akan merefraksikan cahaya tersebut pada mata pemirsa. Refraksi itu memberikan tampilan saling berbeda pada mata kanan dan kiri (binocular disparity), dari gambar yang sama. Sehingga otak direkayasa untuk menginterpretasikan gambar dalam wujud 3D, dengan bantuan kaca mata khusus.
Sistem Holografis
Pada televisi hologram nantinya, kamera stereoskopis akan merekam pantulan cahaya dari gambar, yang selanjutnya dipancarkan pada mata kanan dan kiri pemirsa, pada dua sudut yang berbeda. Sistem holografis akan menghasilkan pola lingkaran difraksi, yaitu pola terang dan gelap di sekitar obyek. Pola difraksi yang bergerak - gerak ke arah yang berbeda akan menghasilkan gambar 3 dimensi yang nyata, sehingga kaca mata 3D tak lagi dibutuhkan. Sistem ini disebut 3D Auto Stereoscopic.
Pseudo-holographic Image
Akhir 2010 lalu, perusahaan Apple mendaftarkan paten untuk teknologi televisi hologram. Namun mereka tak menjelaskan lebih lanjut kapan produk tersebut akan diluncurkan. Apple mengusung sistem Pseudo-holographic Image, yang mampu mendeteksi respon pergerakan bola mata pemirsa. Tampilan 3 dimensi akan disesuaikan dengan respon tersebut, sehingga dihasilkan gambar hologram yang nyata.
Dalam keterangannya, Apple akan mengkombinasikan teknologi lengkungan film dengan pemindai 3D, agar televisi bisa mendeteksi dan memancarkan gambar langsung pada mata pemirsa. Sehingga nantinya, ketika misalnya gambar rumah sedang diproyeksikan, pemirsa yang berada di belakang gambar proyeksi tersebut akan melihat tampilan bagian belakang rumah itu secara real time dan terus - menerus. Ini mengindikasikan, televisi hologram nantinya bisa disaksikan dari segala sisi (360 derajat).
Sebelum Apple
Upaya pengembangan televisi hologram telah lama dilakukan. Jauh sebelum Apple mengumumkan patennya, perusahaan UberCool Home telah memproduksi televisi semi-hologram bernama UberCool Home Uber-Graph. Televisi ini tidak benar – benar hologram, sebab efek 3 dimensi dihasilkan dari proyeksi cahaya yang menembus layar transparan berbahan kaca.
Ada pula Claro Holographic TV yang mirip dengan UberCoolHome Uber-Graph. Televisi ini juga tidak sungguh - sungguh hologram kendatipun berlabel holographic TV. Teknologi Holoscreen yang disematkan padanya memberikan efek 3D yang diproyeksikan pada layar transparan, yang menggelantung di antara sepasang speaker berbahan kaca. Televisi ini mengharuskan pemirsa berada di depan layar agar bisa menyaksikan tampilan gambar.
Paling Representatif
Tahun 2004 perusahaan viZoo di Denmark meluncurkan Cheoptics360. Teknologi yang dianutnya dianggap paling representatif di antara yang ada, sebab memenuhi kriteria gambar hologram dengan efek 3 dimensi yang nyata. Dan tampilan gambarnya bisa disaksikan dari segala arah (360 derajat). Cheoptics360 juga disebut – sebut sebagai pionir era televisi hologram yang sesungguhnya..
Ketika diluncurkan, Cheoptics360 memang bukan diperkenalkan sebagai televisi, melainkan alat bantu promosi, seperti penjualan, peluncuran produk dan sejenisnya. Namun tak ada bantahan bahwa viZoo yang dipimpin Peter Simonsen ini, juga sedang mengembangkannya untuk aplikasi televisi hologram.
Gambar holografis pada Cheoptics360 dihasilkan dari proses refleksi dan pencerminan permukaan. Bagian berbentuk piramida terbalik berfungsi layaknya prisma yang memproduksi cahaya proyeksi, yang kemudian diinterpretasikan menjadi gambar solid, bergerak dan mengambang di udara.
Mual, Sakit Mata dan Pusing
Namun, kecanggihan teknologi selalu memiliki efek samping. Berdasarkan survei yang dilakukan Hudson Square Research pada Juni 2010 lalu, menyaksikan televisi 3D dalam jangka waktu tertentu bisa menyebabkan mual, sakit mata, pusing, dan beresiko bagi ibu hamil. Hal itu disebabkan televisi ini menggunakan lensa lentikular yang menyebabkan tampilan berbeda pada mata kanan dan kiri (binocular disparity).
Kekurangan ini dijawab oleh Provision. Perusahaan media yang fokus pada teknologi 3 dimensi ini memproduksi layar hologram tanpa menggunakan lensa lentikular. Provision hanya menggunakan satu sistem optik, sehingga mata kanan dan kiri akan menerima tampilan gambar yang sama. Perubahan posisi pemirsa (motion parallax) diklaim tidak akan menyebabkan gangguan seperti mual, sakit mata dan pusing. Provision juga sedang mengembangkan layar ini untuk televisi hologram.
(Sriboga) MENINGKATKAN NILAI JUAL DENGAN MEREK DAN KEMASAN MENARIK
(www.sriboga-flourmill.com)
Saat ini berbagai jenis roti bisa kita temui di mana - mana. Masing – masing memiliki rasa dan bentuk yang beraneka macam. Namun yang benar - benar membuat berbeda adalah nama merek, yang didukung tampilan menarik kemasannya. Pelaku usaha harus menyadari, kemasan juga memiliki kekuatan menjelaskan karakter sebuah produk.
Kemasan bisa membuat konsumen secara tak sadar tertarik dan membeli suatu produk. Kemasan merupakan faktor penting dalam menciptakan image produk, sebab dia bisa mengatakan banyak hal. Kemasan juga merupakan elemen penting pemasaran, disebabkan sifatnya yang komunikatif. Kemasan yang memiliki nilai jual, hendaknya unik dan menarik, yang belum pernah dipakai pesaing. Misalnya, pembungkus roti yang ramah lingkungan.
Menciptakan Merek
Merek dianggap sebagai alah satu strategi penjualan yang efektif. Selain sebagai identitas, merek juga akan membuat konsumen percaya dan setia pada produk. Ada ikatan emosi yang membuat konsumen terkesan dengan produk yang bersangkutan. Ikatan ini yang membuat konsumen tak mempertimbangkan merek lain, walaupun harganya lebih murah.
Namun, kesetiaan konsumen tentu tak hanya berasal dari merek, tetapi juga kualitas produk, pelayanan yang memuaskan, dan harga yang masuk akal. Semakin banyak konsumen yang puas dengan kualitas produk, maka semakin tinggi nilai jual sebuah merek.
Merek yang diciptakan hendaknya simpel, mudah diingat, mudah diucapkan (tak lebih dari tiga suku kata), memiliki makna dan cerita tertentu. Sebagai perbandingan, Anda juga perlu memperhatikan nama apa yang dimiliki produk saingan. Logo yang sesuai juga perlu diciptakan. Sebab logo bisa membuat merek terkesan lebih istimewa. Logo juga bisa menjadi media komunikasi yang mudah diingat, tanpa batasan bahasa. Logo inilah yang akan menjadi identitas sebuah produk.
Merek yang telah diciptakan, tentu harus dijaga dan diperhatikan penggunaannya. Selalu sediakan kartu nama, baik di toko maupun dompet, karena sewaktu - waktu akan dibutuhkan. Perhatikan juga hal kecil yang bisa berdampak besar, seperti kebersihan dan kenyamanan toko. Lakukan promosi gencar, dan selalu menjalin hubungan baik dengan konsumen.
Target Konsumen
Hal lain yang tak kalah penting adalah menentukan target konsumen. Pelaku usaha bakery kecil pun memiliki kesempaan memasarkan produknya ke tingkat menengah atas. Namun, kesan yang dibentuk haruslah sebuah produk dengan merek, penampilan dan kemasan yang mewah. Seringkali mereka bingung menentukan target sasaran, sebab ingin memuaskan klien kelas atas, sekaligus menengah.
Padahal, kedua pasar ini sulit digabungkan. Solusinya, ciptakan dua merek roti yang berbeda untuk kedua target pasar. Ketika ingin mengejar pasar kelas atas, gunakan merek yang berkesan mewah, dan pasanglah harga tinggi, tentunya dengan kualitas roti yang prima. Sebaliknya, jika ingin mengejar konsumen yang menginginkan harga murah, maka harga dan kualitas bisa diturunkan.
Jika Anda berusaha berada di antara keduanya, justru akan menyusahkan. Konsumen kelas atas, umumnya enggan membeli barang murah. Sementara konsumen menengah ke bawah, cenderung tidak melihat merek, asalkan harganya murah. Maka, proses menentukan pasar sangatlah penting. Dari sana akan lebih mudah melakukan promosi.
Promosi Tepat Sasaran
Setiap pelaku usaha bakery menginginkan produk rotinya menjadi pembicaraan dan dipuji banyak orang. Tetapi, bagaimana jika tak seorang pun mengenali produknya ?. Maka, yang harus dilakukan adalah promosi yang tepat sasaran. Caranya, cari orang yang berpengaruh dalam sebuah komunitas, dan ajak dia mencicipi roti yang Anda produksi. Jika dia suka, maka roti tersebut akan mudah dikenal luas. Selain itu, perlu juga menggelar acara khusus untuk memperkenalkan merek roti itu.
Pelaku usaha bakery hendaknya juga mengembangkan pergaulan ke lingkungan yang lebih luas, seperti pejabat pemerintah, politisi serta orang – orang yang bekerja di dunia media seperti surat kabar, televisi, dan radio. Sebab, salah satu cara agar sebuah produk dilirik konsumen adalah, bagaimana caranya roti Anda dikonsumsi oleh mereka, saat pesta atau acara sosial tertentu.
Sebab, apa yang dikonsumsi orang terkenal biasanya segera menjadi perhatian banyak orang. Inilah kesempatan memperkenalkan merek, sekaligus membentuk brand image. Ini bahkan lebih efektif dari sekadar memajang produk di etalase toko.
(Sriboga) ‘BERUANG BIRU’ LEBIH HEMAT DAN MUDAH DIOLAH
(www.sriboga-flourmill.com)
Beberapa waktu lalu, dalam acara sillaturrahmi dengan para penjual martabak di Semarang, Sriboga mendatangkan penjual martabak dari Bandung bernama Sofyan Muslikhun. Sejak tiga bulan terakhir Sofyan telah membuktikan bahwa cerita miring tentang terigu ‘Beruang Biru’ adalah salah. Dalam acara itu, dirinya berkesempatan memperagakan pembuatan martabak manis menggunakan terigu berjulukan ‘Si Beru’ ini, disaksikan langsung para penjual martabak yang hadir.
Hasilnya sungguh memuaskan. Adonan mengembang sebagaimana mestinya. Dari segi rasa dan kerenyahan, tidak berbeda dengan terigu merk lain. Menurut Sofyan, persoalan rasa dan tampilan sifatnya relatif, tergantung kreativitas pembuat. “Yang paling terasa adalah efisiensi, karena Beruang Biru lebih hemat. Dalam demo tadi, 1 kg terigu menghasilkan 10 loyang lebih. Penggunaan air lebih banyak, sehingga produksi lebih besar. Tekstur Beruang Biru lebih halus, sehingga mudah diolah dan hemat gas, karena menggunakan api kecil. Pemakaian gula dan garam pun bisa ditekan 25 – 30 %”. Dengan Beruang Biru, Sofyan mengaku mampu menghasilkan omzet 900 ribu – 1 juta per hari.
Berkenalan dengan Sriboga
Awal 2010 Sofyan menghadiri sillaturrahmi yang konsisten digagas Sriboga, dengan agenda memperkenalkan koperasi untuk meraih sukses jangka panjang. Dan pada Maret 2010, dirinya bersama beberapa penjual martabak membentuk Koperasi Martabak Mitra Sriboga (KOMMISI), dengan bimbingan penuh Sriboga Raturaya. Dirinya mengaku kini hidupnya lebih tenang, sebab tak perlu lagi bingung mencari tambahan modal, dan bisa meminjam di koperasi yang telah mereka bentuk.
Manfaat Luas
Sofyan kini bisa menambah cabang usahanya. Pelatihan produksi dari Sriboga mampu meningkatkan keuntungan sebesar 20 %. “Selama 20 tahun lebih, saya belum pernah bertemu produsen terigu yang mau membimbing UKM dari nol hingga berhasil, seperti Sriboga lewat program Koperasi Mitra Sriboga”, kata Sofyan. Sofyan kini mengerti cara mengelola keuangan, menyusun rencana pengembangan usaha, dan strategi pemasaran guna meningkatkan pendapatan. Ditambah bantuan pemerintah berupa penyertaan modal dan sertifikat kesehatan.
ASAL MAU, APAPUN PASTI BISA
(www.sriboga-flourmill.com)
Tak satu pun manusia di dunia yang bisa menebak nasib hidupnya. Siapa mengira jika seorang Jarot Priyono kini telah menjadi pengusaha muda yang sukses. Usaha roti yang ditekuninya selama ini telah berkembang pesat, dengan omset puluhan juta rupiah per bulan.
Perjalanan Usaha
Pria 33 tahun ini memulai bisnisnya pada sekitar tahun 2000an. Saat itu dia masih berstatus karyawan pada sebuah perusahaan. Pergaulannya yang luas membuat dirinya belajar banyak tentang wirausaha. Dan Jarot pun memilih donat sebagai rintisan. Alasannya, karena donat selalu diminati kapan pun juga. Hanya bermodalkan sebuah mixer dan wajan serta kemauan tinggi, dirinya mulai coba – coba membuat donat secara otodidak. Berkali – kali gagal namun Jarot tak patah arang. Dia terus mencoba hingga menemukan komposisi adonan yang pas. Hasilnya dia bagikan ke tetangga, dan dia mendapatkan respon bagus.
Berbekal rasa percaya diri, dia mulai menitipkan donat yang dia buat ke beberapa pasar di kota Semarang, seperti pasar Sampangan dan pasar Peterongan. Ketika itu, dia mesti cerdas mensiasati waktu dan tenaganya. Sebab, pagi sampai sore dia bekerja di kantor, dan malamnya dia membuat donat, dibantu Titi Wijayanti, sang istri.
Setelah sekitar satu tahun menjalani, dan donat titipannya banyak diminati, dirinya kemudian mulai membuka kios di pasar, dia pun memiliki seorang karyawan untuk menjual dagangannya secara keliling. Seiring waktu berjalan, donat yang dia produksi semakin dikenal luas berkat cerita dari mulut ke mulut. Sehingga, tempat usahanya banyak disambangi salesman roti yang ingin memasarkan donat Jarot.
Jarot sempat menghentikan bisnisnya ketika sang istri melahirkan, dan dilanjutkan kembali tahun 2003. Kali ini Jarot memberikan label usahanya dengan nama ‘Dewa Bakery’. ‘Dewa’ diambil dari nama putra semata wayangnya. Nama ini digunakan karena mudah diingat dan dikenal. Di bawah bendera Dewa Bakery, Jarot mulai melakukan pengembangan usaha. Dirinya kini tak lagi hanya fokus pada donat, namun merambah pada berbagai jenis roti, seperti roti tawar, roti vanila, coklat dan jenis lainnya. Dia pun terus memperkaya diri dengan mengikuti berbagai kursus memasak, demi menyempurnakan kualitas roti yang dia produksi. Titi sang istri pun mulai berperan penuh dalam proses produksi dan administrasi.
Pelanggannya semakin luas, mulai rumah tangga hingga hotel berbintang. Wilayah pemasarannya pun tak cukup hanya di seputaran kota Semarang, namun melebar hingga Kendal dan Demak. Jarot pun kemudian memutuskan keluar dari perusahaan tempatnya bekerja, agar lebih fokus mengurus bisnisnya. Kini, Jarot tak hanya bermain di wilayah produksi, namun juga menerima pesanan snack kemasan dus untuk acara – acara besar. Pelanggannya mulai dari instansi pemerintah hingga biro perjalanan.
Keuntungan semakin besar diraup, sehingga mampu meningkatkan sisi permodalan. Jarot menambah mesin pemanggang (oven) menjadi dua buah serta alat – alat produksi lainnya. Dirinya juga menambah jumlah karyawan menjadi delapan.
Suka Duka
Semua orang yang sukses berwirausaha pasti tak pernah lepas dari cerita suka dan duka. Bagaimana mengawali usaha dengan jatuh bangun dan air mata. Namun dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi, rintangan apapun bisa ditaklukkan.
Begitupun dengan Jarot. Pria lulusan Ekonomi Manajemen Universitas Tujuh Belas Agustus Semarang ini masih ingat bagaimana dulu dia sama sekali tak memiliki modal dan keterampilan membuat roti. Namun itu bukan penghalang baginya. Tekadnya kuat. Dia terus belajar dan belajar. Kegagalan tak menjadikannya lemah dan menyerah. Dia terus bangkit dan kembali berjuang.
Jarot juga bercerita bagaimana sedihnya sang istri ketika dagangan mereka dikembalikan karena tak laku terjual hingga 50%. Dan mereka pun mesti berpikir keras memutar otak, bagaimana caranya roti – roti itu tetap habis terjual. Atau ketika roti pesanan yang sudah jadi, tiba – tiba dibatalkan secara mendadak, padahal jumlahnya tak sedikit, sehingga Jarot dan istrinya mesti menderita kerugian besar.
Perjuangan Jarot dan istri mulai menunjukkan hasil setelah 7 tahun berjalan. Dulu, mereka harus tinggal menyatu dengan dapur tempat mereka memproduksi roti. Namun sekarang, mereka boleh bernafas lega karena menempati rumah baru yang tenang, bersama Dewa putra mereka. Selain itu, dari bisnis roti ini Jarot juga telah berhasil membiayai Titi sang istri, menyelesaikan pendidikannya di Akademi Perdagangan Semarang.
Rahasia Sukses
Kemauan adalah modal yang dibutuhkan jika seseorang ingin sukses. Hal itu telah dibuktikan oleh Jarot Priyono. Kemauan belajar, kemauan membuka diri terhadap informasi baru, kemauan berinovasi tanpa henti. Terus memutar otak menciptakan kreasi – kreasi baru, agar tak ditinggal lari pelanggan. Menjaga hubungan baik dengan para salesman juga diperlukan demi melanggengkan usaha. Selain itu, juga diperlukan kejelian membaca keinginan pasar dan pola persaingan.
Dan yang paling utama tentunya adalah menjaga kualitas roti. Kualitas baik tak akan tercapai jika komponen utamanya tak mendukung. Sejak awal merintis usaha ini, Jarot telah jatuh hati pada tepung terigu Tali Emas produksi Sriboga Raturaya. Menurutnya, kualitas Tali Emas lebih stabil. Serat roti yang dihasilkan lebih halus, dan dengan komposisi yang sama, terigu Tali Emas mampu memberikan volume hasil yang lebih banyak.
Jarot pernah bereksperimen menggunakan produk merk lain, namun hasilnya mengecewakan. Kini, setiap harinya Jarot menghabiskan kurang lebih 4 sak Tali Emas untuk memenuhi kebutuhan produksi. Jarot dan istrinya telah menemukan Kenyamanan berwirausaha bersama Sriboga dengan Tali Emasnya, dan berharap keuntungna lebih besar akan terus mereka raih.
Langganan:
Postingan (Atom)