BERAS HASIL RADIASI GAMMA


(Dimuat di harian Suara Merdeka, 11 Oktober 2010)
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/10/11/126251/Beras-Hasil-Radiasi-Gamma

MENJELANG perayaan ke-30 Hari Pangan Sedunia, putra-putri bangsa ini kembali mempersembahkan karya terbaik mereka. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berhasil menemukan varietas padi yang cocok untuk lahan basah, bersifat aromatik (harum), dan mudah beradaptasi di berbagai kondisi lahan.

Selama ini, pandan wangi dikenal sebagai beras asal Cianjur yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan varietas lain. Beras itu disukai karena pulen, putih bersih, dan berbau wangi khas. Itu membuat pandan wangi banyak dicari, padahal harganya mahal. Namun ternyata beras itu memiliki kekurangan, yakni sulit diproduksi dalam jumlah besar karena umur panennya panjang, sekitar delapan bulan.

Pandan wangi juga tak mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lahan. Apalagi hanya lima kecamatan di Cianjur yang bisa menghasilkan varietas itu, yakni Warungkondang, Cibeber, Cilaku, Cugenang, dan Cianjur Kota. Itulah yang menyebabkan pandan wangi masih sulit ditemui di pasaran.

Radiasi Gamma

Kelemahan itu diatasi oleh Prof Dr Moch Ismachin bersama timnya dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) Batan. Mereka melakukan rekayasa genetika terhadap pandan wangi menggunakan teknik radiasi gamma (iradiasi). Dosis yang digunakan adalah 0,2 kilogray (kGy). (Gray adalah penyerapan energi radiasi per kilogram massa. Satuan itu diambil dari nama Louis Harold Gray.)

Radiasi gamma dilakukan karena bisa mengubah sifat keturunan bila ditembakkan ke bebijian tanaman. Interaksi gamma dan kromosom menyebabkan struktur kromosom rusak, putus, atau berpindah pasangan.

Perubahan yang terjadi dapat memengaruhi sifat tanaman yang diradiasi. Sifat baru yang muncul bisa lebih bagus atau sebaliknya. Pengamatan dilakukan terhadap perkembangan tanaman sejak penyemaian, masa pertumbuhan, hingga panen. Pada saat itulah terlihat perubahan. Pengamatan selanjutnya hanya dilakukan terhadap tanaman yang menunjukkan hasil baik sehingga memperoleh sifat yang diinginkan.

Proses Pengujian

Ismachin menerangkan, langkah pertama pengujian adalah melakukan iradiasi terhadap biji dengan dosis tertentu. Pada generasi pertama, biasanya tanaman akan rusak. Lalu generasi kedua diseleksi terhadap wereng. Tahap berikutnya kembali dilakukan proses seleksi. Begitu seterusnya sehingga mendapatkan turunan terbaik.

Radiasi gamma (iradiasi) terhadap pandan wangi dilakukan tahun 2001. Setelah itu dilakukan pengujian sehingga menghasilkan galur mutan harapan. Pada galur mutan itu kemudian dilakukan uji multilokasi di 17 kecamatan di Cianjur, antara tahun 2008 dan 2009. Hasilnya menunjukkan galur mutan itu bisa beradaptasi baik di seluruh wilayah uji. Sifat positif lain adalah masa panen pendek, hanya sekitar empat bulan, tekstur, aroma, dan rasa nasinya tak berubah, tetap sama seperti induknya.

Uji multilokasi juga dilengkapi uji fisik galur, kandungan protein, amilosa, dan uji rasa. Hasilnya diajukan ke Tim Penilai dan Pelepasan Varietas (P2V) Tanaman. Akhirnya, iradiasi dinyatakan berhasil dan lolos uji pelepasan. Lalu, dengan surat keputusan Menteri Pertanian tertanggal 28 Juni 2010, galur mutan dengan kode PW 67 - a - PsJ itu ditetapkan sebagai varietas unggul dan diberi nama pandan putri.

Pandan Putri

Deputi Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir Batan Dr Taswanda Taryo menjelaskan, pandan putri memiliki kualitas, ciri fisik, rasa, dan wangi yang sama dengan pandan wangi, induknya. Namun pandan putri memiliki umur tanam lebih singkat, antara 115 dan 130 hari, sedangkan pandan wangi lebih lama, berkisar 185 hari. Produksi pandan putri juga lebih besar, potensi hasilnya mencapai 8 ton gabah kering giling (GKG) per hektare, sedangkan pandan wangi hanya antara 3 ton dan 4 ton GKG per hektare.

Selain itu, kandungan protein pandan putri 8,3%, lebih tinggi ketimbang pandan wangi yang hanya 7%. Itu menyebabkan nasi pandan putri tak cepat berair. Lalu, kandungan amilosanya hanya 23%, sedangkan pandan wangi 25%. Ditambah lagi, tinggi tanaman padi pandan putri hanya 140 cm, lebih rendah daripada pandan wangi, sehingga tak mudah tumbang dan tahan rontok. Kualitas dan harga pandan wangi cukup tinggi, tetapi terbatas hanya bisa dikembangkan di beberapa kawasan di Cianjur. Adapun pandan putri dengan kualitas sama bisa dikembangkan di kawasan lebih luas, bahkan di luar Cianjur.

Namun pandan putri ternyata masih memiliki kelemahan. Varietas itu rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1, 2, dan 3 terhadap sundep/beluk dan rentan penyakit tungro. Selain itu, seperti pandan wangi, ukuran malai pandan putri besar sehingga bulir padinya sulit dirontokkan. Akibatnya, butuh mesin khusus untuk merontokkannya.

Ismachin menyatakan walau hasil radiasi, pandan putri aman dikonsumsi dan tak memiliki efek samping. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Cianjur ingin menjadikan pandan putri sebagai komoditas pangan khas unggulan, menggantikan pandan wangi. Pandan putri kini menambah koleksi 15 varietas unggul hasil penelitian Batan sebelumnya. Kehadiran pandan putri diharapkan bisa membuat beras wangi dan pulen menjadi lebih mudah ditemui di pasaran, sehingga masyarakat luas juga bisa menikmati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar