IMAJINASI XELLOPAT HADI ISMANTO


Pemenang Hadiah Utama Lomba Resensi Novel 'Soleidrama'

Keren !. Itu kesan yang muncul ketika membaca novel ini. Istilah – istilah yang digunakan terasa pas dan menyatu dengan cerita. Xellopat, Sketro, Klismo, Kornoe, Koloset, Dopo Sedo, Tiang Sedo. Entah dari mana datangnya, yang jelas Hadi tentu telah melakukan riset mendalam hingga menemukan inspirasi itu. Berlatar Alas Roban dan kota – kota di Jawa Tengah lain membuktikan, Jakarta tidak selalu menjadi pilihan populer sebagai latar novel.

Tak diragukan, Hadi memiliki banyak referensi yang mendukung penyusunan novel ini. “Soleidrama” menyajikan fantasi ketegangan a la serial Heroes, dengan berbagai aksi unjuk kekuatan masing – masing tokohnya. Imajinasinya luas dan Xellopat (tak terbatas). Jalinan antar cerita dan latar saling menyambung alami, sehingga pembaca tidak keteteran mengikuti perjalanan petualangan dan teleportasi Zein, Neya, Bimo, Iren dan Azies.

Namun sayang cerita mesti berhenti sebelum menampilkan aksi utama, menumpas Tunas dan ‘Duabelas Rantai Pembunuh’. Alle dan Ranti pun belum lagi ditemukan. Pembaca dibuat penasaran agar sabar menunggu terbitnya “Gerbang Kematian”, sekuel “Diary Kematian” ini. Akan lebih baik jika kedua buku digabung, sehingga segalanya tuntas dalam satu buku. Kemasan buku pun tentu akan menjadi lebih menarik. Pengunjung toko lebih tertarik pada buku berukuran tebal, dengan gambar sampul menarik, dibanding buku kecil dan tipis seperti “Soleidrama” ini. Buku yang besar lebih mudah terlihat dan menarik perhatian, dibanding buku kecil. “Soleidrama” patut mendapat kesempatan sukses karena ceritanya tidak mengecewakan dan tidak kalah dengan novel bergenre sama karya penulis asing. Bahkan tidak menutup kemungkinan dibuat filmnya. Namun jika gambar sampul kurang menarik, maka kesempatan itu akan hilang. Gambar sampul sangat menentukan, karena di sanalah perhatian pembaca akan tertuju pertama kali.

Cerita dalam satu bab terlalu panjang sebelum sampai pada bab berikutnya. Agak melelahkan karena tidak ada jeda. Satu hal yang sedikit mengganggu pada penggunaan kata ‘terus’. Seharusnya ditulis “Terus” dengan “T” besar, karena di dalam novel ini, “terus” adalah istilah, untuk menunjukkan matinya seorang Xellopat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar