BELAJAR SUKSES DARI KESUKSESAN ORANG – ORANG SUKSES

Pelajaran apakah yang bisa kita ambil dari kesuksesan seorang Ahmad Dhani, Thukul Arwana dan Dian Sastro ?. Ketiga orang di atas telah berhasil menjadi role model bagi orang – orang yang mengagumi apapun yang telah mereka lakukan, serta kekhususan dan kekhasan karakter mereka. Ketiga manusia itu memiliki dedikasi dan totalitas serta focus pada apa yang mereka kerjakan, pada apa yang menjadi jalan hidup mereka, dan pada mimipi – mimpi mereka.

Yang pertama adalah Ahmad Dhani. Dedengkot grup ben Dewa ini adalah contoh manusia yang tidak takut pada manusia yang mencari gara – gara dengannya. Dia adalah simbol umat manusia yang hanya patut takut kepada Allah semata. Gaya bicaranya yang ceplas – ceplos dan terkesan angkuh itu menunjukkan bahwa dia manusia yang sangat percaya diri dan yakin dengan apa yang diyakininya benar. Dhani juga merupakan sosok manusia yang berhati keras dan tegas, terutama jika menyangkut soal agama yang dianutnya, yaitu Islam.

Untuk urusan karir dan jalan hidup, Dhani termasuk manusia yang cerdas. Otaknya selalu berputar mencari jalan untuk kelanggengan karirnya. Grup ben Dewa bisa bertahan hingga sekarang walaupun beberapa kali bongkar pasang personil, itu karena kejeniusan otaknya. Karya – karyanya banyak digemari oleh para Baladewa juga karena kehebatan otaknya.

Banyak penyanyi yang sukses dalam karirnya juga tidak lepas dari campur tangan dia, entah karena diorbitkan olehnya seperti misalnya Mahadewi, atau membawakan lagu - lagu ciptaannya seperti Agnes Monica, Cinta Laura dan Mulan Jameela yang sekarang tergabung dalam Republik Cinta Manajemen Artis bersama – sama dengan Mahadewi, The Rock, Once, Andra and The Backbone dan tentunya Dewa sendiri.

Bisa dilihat bahwa seorang Ahmad Dhani bisa menjadi seperti sekarang ini karena kecerdasan otaknya. Perangainya yang keras dan terkesan sombong adalah hasil pengalaman dan tempaan dalam hidupnya sampai detik ini. Kegemarannya akan hal – hal yang berbau Sufisme menjadi dasar baginya untuk menjalani kehidupan agamanya dan juga karya – karya yang diciptakannya.

“Jenius adalah satu persen inspirasi
dan sembilan puluh sembilan persen kerja keras”
Thomas Alfa Edison

Manusia yang kedua adalah Thukul Arwana. Sekarang ini siapa sih yang tidak suka dengan Thukul Arwana ?. Kehadirannya tiap Senin sampai Jumat malam bisa membuat orang – orang tertawa di tengah – tengah beratnya persoalan hidup yang sedang dialami, walaupun hanya selama satu setengah jam saja. Paling tidak kita bisa tidur nyenyak setelah nonton acara Bukan Empat Mata yang dibawakannya. Pelajaran hidup yang berharga darinya adalah kesadaran dirinya untuk berhijrah dari manusia yang pesimis menjadi manusia yang optimis.

Seringkali dia mengatakan bahwa dulu dia adalah orang yang selalu berpikiran negatif, selalu curiga dan menyalahkan orang lain, serta berpola pikir sempit. Tapi seiring dengan perjalanan dan perjuangan hidupnya, sekarang dia sadar bahwa selama ini dia salah dan hal itu hanya akan menghalangi dirinya untuk menjadi manusia yang maju. Kesadaran yang datang padanya itu pelan – pelan membuka mata hatinya, dan sekarang dia telah berubah menjadi manusia yang baru, yang selalu ikhlas dan berpikiran positif terhadap segala hal.

“Pikiran yang positif akan menyehatkan sel – sel tubuh,
sebaliknya, pikiran yang negatif akan merusak sel – sel tubuh”
F. Bailes

Ketika acara Empat Mata yang dibawakannya sempat dibredel oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dia kemudian mesti berjualan singkong di depan rumahnya selama hampir satu bulan, hingga akhirnya dia kembali dipercaya oleh Trans 7 untuk membawakan acara yang bertema sama, Bukan Empat Mata. Dalam menghadapi peristiwa yang dialaminya itu dia mengatakan bahwa dia hanya pasrah dan menggunakan Ilmu Siap, yaitu siap untuk jatuh dan siap untuk bangkit lagi.

Ketahuilah bahwa sangatlah sulit untuk selalu berpikiran positif di setiap keadaan. Manusia hidup di dunia ini dibekali dengan naluri untuk mempertahankan dan menjaga dirinya dan apa yang menjadi miliknya. Jadi, setiap ancaman dan gangguan yang datang pada dirinya, walau sekecil apapun itu, secara naluriah manusia akan mengaktifkan insting bertahan. Bersikap waspada memang harus, tapi kewaspadaan yang berlebihan sebenarnya sudah menunjukkan gejala – gejala sifat berpikiran negatif. Pada awalnya hanya berwaspada, kemudian naik menjadi waspada yang berlebihan. Hal itu membuat manusia kemudian menjadi curiga, yang ujung akhirnya adalah berpikiran negatif.

Yang lebih sulit lagi adalah ketika dari dalam hati kita memiliki suatu itikad baik, atau sikap positif, atau tidak ada maksud buruk kepada orang lain, tapi kemudian orang lain tersebut terlebih dahulu bersikap buruk kepada kita, hal itu adalah hal yang sangat mengecewakan. Mengapa ada orang (misal si A) yang dengan sengaja bersikap buruk kepada orang lain (misal si B), padahal si B tidak pernah berbuat salah apapun terlebih dahulu pada si A ?.

“Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk padamu.
Tanamlah perbuatan yang baik, niscaya engkau akan menikmati hasilnya”
Lukman Al Hakim

Yang berikutnya adalah Diandra Paramitha Sastrowardoyo, atau singkatnya Dian Sastro. Gadis cantik kelahiran 16 Maret 1982 ini adalah tipe manusia yang selalu ingin terlihat ceria dan bahagia oleh orang lain, kalau bahasa Thukul Arwana-nya adalah smiling to be my good. Secara dia seorang pablik figur maka dia ingin orang selalu senang melihat dirinya dan kehadirannya. Walalupun sedang sedih tapi dia tidak ingin menunjukkannya, dia tetap tersenyum, tertawa dan bahagia. Karena selain senyum adalah jenis sedekah yang paling sederhana, dia sadar bahwa senyum yang dia berikan itu akan mengirimkan aura positif bagi orang yang melihatnya, dan juga orang - orang yang ada di sekitarnya. Tentunya kita senang melihat orang lain senang, bukan ?.

“Menjumpai seseorang dengan wajah berseri adalah sedekah”
Sabda Rasulullah

Dian Sastro adalah tipe orang yang focus dalam melakukan sesuatu hal. Kita tahu selama ini dia berakting hanya di film layar lebar saja, dia tidak pernah mau bermain sinetron, kalaupun iya, dia hanya pernah bermain satu mini seri, yaitu Dunia tanpa Koma. Alasan dia tidak mau bermain sinetron karena sinetron menggunakan sistem kejar tayang yang selalu terburu - buru, sehingga akting yang dilakukan hanyalah alakadarnya dan tidak total karena dikejar tenggat waktu. Dian tidak mau yang seperti itu, dia ingin berakting secara total sesuai tuntutan peran yang ada, dan untuk bisa berakting total butuh observasi dan pendalaman karakter, dimana semua itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Dia sadar bahwa akting adalah hidup yang dia pilih, oleh karena itu dia harus melakukannya secara sungguh – sungguh dan total. Itulah tanda seorang aktris sejati. Yang dia utamakan adalah kepuasan batin, bukan kepuasan materi. Kalau dia mencari kepuasan materi, tentunya sudah dari dulu dia bermain sinetron. Dian juga sadar bahwa bermain di film lebih eksklusif dan bergengsi daripada bermain sinetron, buktinya banyak pemain sinetron yang sekarang berlomba – lomba bermain film hanya demi mengejar predikat eksklusif dan bergengsi itu.

Tapi tetap saja, yang lebih layak dan berhak mendapatkan predikat itu hanyalah para aktor dan aktris yang hanya berakting di film saja dan tidak pernah berakting di sinetron atau produk TV lainnya. Sebut saja nama Nicholas Saputra dan Adinia Wirasti untuk menemani Dian mendapatkan predikat itu. Hal lain yang menunjukkan bahwa Dian adalah orang yang fokus adalah ketika dia harus menyelesaikan skripsinya dia tidak menerima tawaran bermain film sama sekali.

“Siapa diri kita adalah apa yang kita lakukan berulang – ulang.
Keunggulan bukan karena kemampuan, tapi karena kebiasaan”
Aristoteles

Tidak ada komentar:

Posting Komentar