Pernahkah terlintas di pikiran kita, aktivitas makan sebagai keseharian manusia, ternyata menyimpan hikmah mendalam. Jika kita termasuk orang – orang yang berpikir, kita akan mengetahui, mulut dan perut merupakan penggambaran dunia dan akhirat.
Bagaimana bisa ?. Ketika makan semangkuk bakso, kita merasakan nikmat di mulut. Tapi, rasa nikmat itu tak berlangsung lama, sebab bakso yang telah dikunyah akan ditelan ke perut. Rasa nikmat itu kini berubah menjadi rasa kenyang.
Mulut menggambarkan dunia, dan perut mengibaratkan akhirat. Seperti halnya rasa nikmat bakso yang hanya bisa dirasakan sebentar saja di mulut, kesenangan dan kenikmatan dunia pun hanya bersifat sementara. Seorang manusia hidup di dunia hanya selama 70 – 80 tahun.
Ketika bakso masuk ke perut, yang kita rasakan adalah kenyang. Rasa kenyang bertahan lebih lama daripada rasa enak di mulut. Ini menunjukkan, kehidupan akhirat jauh lebih abadi, lebih menentukan dibanding duniawi. Surat As Sajdah (32) ayat 5 menyebutkan, 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia. Jika di dunia kita hidup katakanlah sampai umur 80 tahun, maka di akhirat kita akah hidup selama (1000 tahun x 365 hari) x 80 tahun = 29.200.000 tahun.
Lalu makanan itu dicerna, hasilnya berupa sari – sari makanan yang diedarkan ke seluruh tubuh sebagai energi, dan sisanya dibuang sebagai kotoran. Sadarkah kita, ini sebenarnya penggambaran bahwa akhirat itu dibagi dua alam, yaitu surga dan neraka. Manusia yang banyak amal ibadahnya akan dimasukkan ke surga, dan manusia yang sedikit amal ibadahnya pasti dibuang ke neraka, dan disiksa habis – habisan selama lebih kurang 29 juta tahun.
Jadi, jika ada manusia yang dalam urusan makan lebih mengutamakan rasa enak dibanding rasa kenyang, maka dia termasuk orang yang tak puas dan tamak, akan terus makan walaupun perutnya sudah penuh. Ini gambaran orang yang pola pikirnya masih duniawi.
Namun sebaliknya, jika seseorang lebih mengutamakan rasa kenyang dibanding rasa enak (tanpa menampik keinginan untuk makan enak), sesungguhnya dia termasuk orang yang bersyukur, menerima apa adanya setiap rezeki yang diterima. Orang seperti ini telah menyadari hakikat aktivitas makan yang sesungguhnya, yaitu mendapatkan energi baru untuk berkegiatan sehari – hari, termasuk beribadah demi mendapatkan nikmat akhirat.
Gambaran di atas menjadi jelas, seringkali secara tak sadar kita melakukan hal – hal yang tidak baik. Dan hal – hal yang kita lakukan itu menunjukkan hakikat diri kita di hadapan Allah. Jadi, jika jujur pada diri sendiri, termasuk dalam kelompok manakah kita, yang lebih mengutamakan duniawi atau ukhrowi ?.
“Dunia itu nerakanya orang mukmin dan surganya orang kafir.
Surga itu dikelilingi hal – hal yang tidak disukai,
dan neraka dikelilingi hal – hal yang menyenangkan”
Rasulullah SAW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar