DUA TELINGA SATU MULUT

(Dimuat di harian Suara Merdeka, 11 Mei 2009).


Seorang Blaise Pascal pernah mengatakan bahwa entah bagaimana manusia lebih menerima pendapat yang dikemukakan oleh dirinya sendiri, ketimbang pendapat yang diutarakan oleh orang lain. Dengan kata lain, manusia lebih mudah bicara daripada mendengarkan orang lain bicara. Hal itu mungkin ada benarnya juga. Saya ingin menunjukkan sesuatu yang saya alami, yang mungkin bisa menjadi permisalan dari kata – kata Blaise Pascal di atas.

Bagi saya, lebih mudah berbicara atau mengucapkan kata – kata dalam bahasa Inggris daripada mendengarkan orang yang sedang berbicara dalam bahasa Inggris. Ketika mendengarkan orang yang sedang berbicara dalam bahasa Inggris, sepertinya saya mesti bekerja dua kali, yaitu mendengarkan, lalu mencoba memahami apa yang sedang diucapkan.

Pada kenyataannya, ucapan Blaise Pascal tersebut memang terjadi di kehidupan kita sehari – hari, bukan ?. Bagi orang – orang yang dianggap penting, lebih mudah menyampaikan kebijakan daripada mendengarkan jeritan hati rakyat. Bagi orang – orang tertentu, lebih mudah mengkritik dan menyalahkan orang lain daripada mengintrospeksi diri dan mendengarkan kritikan dari orang.

Tahukah teman – teman sekalian, bahwa hal yang seperti itu berkaitan erat dengan alasan penciptaan telinga dan mulut pada tubuh manusia. Mengapa Allah menciptakan telinga berjumlah dua buah (satu pasang) sedangkan mulut hanya satu buah ?. Tentunya Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia – sia, selalu ada maksud dari segala hal yang diciptakan – Nya, hanya manusia saja yang tidak peka dengan maksud – maksud yang tersembunyi itu. Memang dibutuhkan hati nurani yang tajam untuk bisa membaca hikmah di balik ciptaan – ciptaan Allah.

Jika dipikir – pikir lebih dalam lagi, maka jawaban dari pertanyaan itu adalah, karena Allah menginginkan manusia untuk lebih banyak mendengarkan daripada bicara. Dengan banyak mendengar akan ada banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran hidup. Dengan banyak mendengar manusia bisa lebih peka terhadap hal – hal yang terjadi di luar dirinya, sehingga tidak menjadi orang yang egois.

Sedangkan sebaliknya, jika manusia banyak bicara, maka telinganya hanya mampu mendengar suara dari mulutnya sendiri, jadi seolah – olah suara – suara mulutnya itu telah menutupi kedua telinganya, sehingga secara tidak sadar ada hal – hal yang keluar dari mulutnya itu yang menyinggung perasaan orang lain. Jadi dia tidak tahu bahwa ucapannya sudah menyinggung perasaan orang lain karena telinganya telah tertutupi oleh suaranya sendiri. Hal itu membuatnya menjadi manusia yang kurang peka terhadap orang lain. Luar biasa bukan ciptaan – ciptaan Allah ?.

“Tafakur itu seperti cermin yang membuat manusia
mampu melihat tanda – tanda kebesaran dan keagungan Allah,
baik yang jelas maupun yang samar,
sehingga akhirnya manusia dapat berlaku lurus di dalam pengabdian kepada – Nya”
Hasan Al Basyri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar