(Dimuat di harian Suara Merdeka, 17 Januari 2009).
Apa tujuan kita hidup ?. Kita hidup untuk apa ?.
Pertanyaan itu menohok tiba – tiba ke dalam jantung saya ketika saya sedang melamun di suatu sore. Saya tidak tahu dari mana datangnya dan bagaimana dia bisa muncul dengan sekonyong – konyongnya.
Berminggu – minggu bahkan sampai berbulan – bulan saya mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang mengagetkan itu. Saya kemudian mencoba mencarinya di dunia maya alias browsing di internet, tapi saya tidak menemukan apa – apa, ya namanya saja ‘dunia maya’, tidak nyata, samar – samar, buram, tidak jelas. Lalu saya mencari – cari di beberapa literatur agama, hasilnya masih sama saja, nihil.
Akhirnya saya mendapat setitik sinar ketika membaca sebuah buku yang ditulis oleh seseorang yang bernama Permadi Alibasyah, yang berjudul Bahan Renungan Kalbu. Dalam buku itu beliau menyebutkan bahwa di dalam kitab suci Al Quran disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah agar dunia ini menjadi tempat yang lebih baik sebagai tempat tinggal.
“Tugas kekhalifahan yang disandang manusia pada prinsipnya adalah
memelihara dan mengantar semua ciptaan Tuhan menuju tujuan penciptaannya”
Quraish Shihab
Kita tahu pada zaman dahulu kala ketika dunia ini masih berusia muda, hiduplah makhluk – makhluk purbakala, termasuk juga manusia purba dengan segala keterbatasan pola pikir mereka, alias masih jahiliyah. Pada masa itu tentunya tidak banyak hal yang menjadi pemikiran manusia, artinya walaupun mereka memiliki organ otak tapi mereka hanya hidup untuk makan, dan makan untuk hidup, sebuah tujuan hidup yang sangat simpel.
Lalu bagaimana halnya dengan manusia modern seperti kita – kita sekarang ini ?. Apakah tujuan hidup kita juga sesimpel itu ?. Tentu saja tidak, bukan ?. Lalu apa tujuan hidup kita di dunia ?, sebenarnya kita hidup ini untuk apa sih ?.
Manusia yang setiap hari menjalankan rutinitas hidup yang super sibuk mungkin juga akan terhenyak jika secara tiba – tiba disodori pertanyaan seperti itu. Setiap hari selama bertahun – tahun kita melakukan hal yang sama tanpa tahu sama sekali untuk tujuan apa kita melakukannya.
Yang saya maksud adalah bahwa setiap pagi kita bangun tidur, lalu setiap siang beraktivitas, kemudian setiap malam tidur. Setiap hari, selama bertahun – tahun kita selalu melakukan hal itu, dan akan selalu seperti itu sampai manusia mati, tapi kita tidak tahu untuk tujuan apa kita melakukan hal itu. Selama ini kita tidak memiliki waktu luang untuk berkontemplasi dan merenungi hidup yang sedang kita jalani ini. Kita melakukan rutinitas itu layaknya robot, tanpa bisa menghayati makna dari apa yang kita lakukan. Batin kita menjadi hampa sehingga mudah goyah oleh pengaruh – pengaruh yang tidak selalu baik.
Lewat perenungan yang mendalam, jujur dan tulus, pada akhirnya kita akan dapat menemukan sebuah jawaban yang cukup mencengangkan, bahwa sebenarnya tujuan manusia hidup di dunia adalah mencari pahala dari amalan soleh yang kita lakukan, untuk dijadikan bekal menjalani hidup di akhirat nanti dengan cara mengabdi kepada Allah.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan dunia terdiri atas tiga bagian :
sebagian bagi mukminin, sebagian bagi orang munafik, sebagian bagi orang kafir. Maka orang mukmin menyiapkan perbekalan,
orang munafik menjadikannya perhiasan,
dan orang kafir menjadikannya tempat bersenang – senang”.
Abdullah bin Abbas
Jadi maksudnya, bahwa segala kegiatan yang kita lakukan sehari – hari di atas dunia ini - sekecil apapun itu - hendaklah berorientasi tidak hanya duniawi saja tapi juga ukhrowi. Artinya, setiap apapun yang kita lakukan hendaknya mengandung keinginan untuk mendapatkan pahala kebaikan. Misalnya, kita setiap hari sibuk banting tulang mencari harta benda. Jika harta benda yang kita dapatkan itu tidak dilandasi dengan orientasi ukhrowi, maka harta benda itu hanya akan tetap menjadi harta benda semata saja, tidak akan memberikan pahala atau nilai amalan apa – apa untuk kita.
“Seluruh harta yang kita miliki
pada hakikatnya adalah sarana untuk kelancaran bertaqwa”
Ahli Hikmah
Tapi jika setiap harta yang kita miliki itu secara ikhlas selalu kita sisihkan sebagian untuk kaum yang berkekurangan dalam bentuk sedekah, infaq, atau zakat yang besarnya 2.5%, atau 10%, atau 20% (tergantung jenis harta, sesuai dengan yang diajarkan di dalam Al Quran), maka kita akan mendapatkan bukan hanya harta dunia, tapi juga harta akhirat, yaitu pahala yang akan menjadi bekal hidup kita di akhirat yang kekal abadi.
“Wahai Bani Adam, lakukanlah infaq, pasti akan Aku limpahkan kurnia kepadamu. Sesungguhnya Yaminullah (gudang nikmat) sangat penuh berlimpah ruah,
tidak akan susut sedikitpun siang ataupun malan”
Hadits Qudsi
Kehidupan manusia di dunia ini hanya sebentar saja, paling maksimal hanya sampai umur 60 – 70 tahun, sementara 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia (QS As Sajdah (32) : 5). Jika umur kita 70 tahun, maka : (1000 tahun x 365 hari) x 70 tahun = 25550000 tahun. Bayangkan di akhirat nanti kita akan hidup selama kurang lebih 25 juta tahun. Jika selama hidup di dunia kita tidak punya bekal pahala kebaikan apapun, maka selama 25 juta tahun kita akan merasakan tersiksanya hidup di dalam api neraka. Namun jika kita memiliki bekal amalan baik yang banyak, tentunya kita akan menikmati indahnya kehidupan di surga Allah. Bayangkan betapa abadinya.
“Jika engkau beramal untuk dunia maka engkau akan mendapatkan dunia,
tetapi jika engkau beramal untuk akhirat
maka engkau akan mendapatkan dunia dan juga akhirat”
Sabda Rasulullah SAW
Sebenarnya Allah pun telah memberikan bimbingan dan tuntunan agar kita menemukan jawaban atas pertanyaan : ‘Apa tujuan hidup manusia ?’ tersebut, salah satunya adalah lewat perenungan yang dilakukan setelah sholat tahajjud.
“Tebarkan salam, perkuat silaturrahmi, santuni fakir miskin
dan jangan tinggalkan sholat malam”
Pesan Rasulullah SAW
Semakin banyak kita merenung maka semakin banyak pula jawaban yang akan kita dapatkan, dan kita pun akan semakin mantab dengan hakikat hidup kita di dunia. Kita akan semakin menyadari bahwa hidup ini sungguh – sungguh indah, karena Allah menciptakan kehidupan ini pun secara indah. Betapa luar biasanya kekuatan yang dimiliki oleh Allah karena telah mengatur segala sesuatunya tepat pada tempatnya, tepat pada porsinya, tepat pada saatnya, tepat pada peruntukannya, tepat pada sasarannya.
Jika kita telah menemukan apa hakikat manusia hidup di dunia, maka kita akan dapat memaknai hidup ini. Kita akan dapat memahami dan menghayati alasan atau jawaban, bahwa segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini pasti memiliki maksud – maksud tertentu. Kita ambil contoh tentang zakat.
Apa tujuan utama Allah mewajibkan manusia untuk berzakat ?. Jawabannya bukanlah semata – mata untuk menyantuni kaum yang berkekurangan, hikmahnya lebih dari itu, yaitu agar di dunia ini tercipta sebuah kehidupan yang indah dan harmonis. Karena dengan zakat tidak akan terjadi ketimpangan yang sangat jauh antara si kaya dan si miskin.
Jika seandainya Allah tidak mewajibkan manusia untuk berzakat maka si kaya akan semakin bertambah kaya, dan si miskin juga akan semakin miskin. Si kaya akan semakin bersikap semena – mena terhadap si miskin, di lain pihak si miskin pun akan semakin sakit hati dan menyimpan dendam kepada si kaya.
Maka tidak akan terjadi kehidupan yang harmonis, akan selalu timbul pertempuran, pertentangan, keributan, peperangan. Hal yang seperti itu tidak akan terjadi seandainya manusia benar – benar sadar akan kewajiban berzakat, terlebih lagi bahwa pahala zakat itu juga untuk kebaikan si pemberi zakat juga, bukan ?.
“Allah SWT mengistimewakan sebagian para hamba-Nya
dengan anugerah kekayaan agar dapat dinikmati juga
oleh – hamba – hamba-Nya yang lain.
Maka Allah pun membiarkan harta itu di tangan mereka (orang – orang kaya) selama mereka mau menggunakannya untuk kepentingan orang banyak.
Tetapi jika mereka hanya menggenggamnya untuk dirinya sendiri, niscaya Allah akan mencabutnya dari mereka dan memindahkannya kepada orang lain”
Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a
Jika kita sudah berhasil memaknai hidup maka insya Allah kita akan selalu bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian kecil maupun besar yang terjadi pada diri kita dan juga pada seluruh umat manusia di dunia, baik itu kejadian – kejadian yang menyedihkan maupun yang membahagiakan. Kita tidak akan terlalu berlarut – larut dalam kekecewaan dan kesedihan, kita juga tidak akan berlebih – lebihan merayakan kegembiraan.
Kita tidak akan lagi menggebu – gebu mengeruk dan menimbun harta dunia, sikut kanan sikut kiri untuk meraih posisi kehormatan dunia, serta korupsi dan merampok harta yang bukan haknya. Jika seluruh manusia di dunia ini bisa memaknai hidup, maka insya Allah dunia ini akan menjadi sebuah tempat yang indah untuk ditinggali, seperti sejak awal tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu sebagai khalifah di dunia.
“Kaum animisme menyembah Allah dengan cara menyembah ciptaan–Nya,
sementara kaum beragama menyembah Allah
namun masih saja merusak ciptann-Nya”
Anand Krisna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar