DARI TIADA MENJADI TIADA

Pernahkah kita berpikir lebih seksama bahwa hidup manusia di atas dunia ini dibagi menjadi tiga tahapan utama, yaitu lahir, hidup dan mati. Ketika lahir manusia tidak memiliki harta benda apapun. Ketika dan selama hidup manusia memiliki harta benda apapun yang diinginkan. Dan ketika mati manusia kembali tidak memiliki harta benda apapun.

Dari konsep tiga tahapan hidup ini seharusnya manusia bisa mengambil sebuah pelajaran yang sangat berharga. Manusia seharusnya benar – benar menyadari dan menghayati bahwa segala harta benda dan kedudukan sosial serta gengsi dan kebanggaan yang dimilikinya selama hidup di dunia ini sama sekali tidak ada artinya ketika manusia tersebut mati kelak, dan satu – satunya harta yang akan dibawa ke dalam kubur hanyalah amalan ibadahnya selama hidup di dunia.

Artinya bahwa segala harta benda dan kekayaan itu tidak akan dibawa ke dalam kubur ketika dia mati. Dengan pernyataan tersebut, bukankah seolah – olah menjadi terpola di dalam pikiran kita, kalau begitu untuk apa kita sibuk setiap hari banting tulang mencari harta benda dan kekayaan, jika pada akhirnya ketika kita mati kelak semua harta benda itu tidak bisa kita bawa ke dalam kubur, bukan begitu ?.

Namun tentu saja pola pikir yang seperti itu adalah pola pikir yang amat salah. Artinya bahwa harta benda yang dimiliki manusia tetap akan memiliki manfaat yang sangat berarti bagi manusia tersebut hanya selama hidupnya di dunia, jika hidup yang dijalaninya itu hanya berorientasi kepada duniawi semata. Bahwa harta benda dan kekayaan yang dimilikinya itu akan sangat – sangat berguna bagi dirinya jika hidupnya juga berorientasi pada ukhrowi.

Artinya bahwa setiap sen harta bendanya dan setiap cuil kebanggaan harga dirinya akan memberikan sesuatu yang berguna bagi kehidupan akhiratnya kelak, jika dia mampu memberikan makna ukhrowi pada hartanya itu. Maksudnya bahwa jika dia menggunakan kebanggaan akan status sosialnya itu untuk kebaikan dan ibadah, serta menggunakan harta bendanya itu untuk kepentingan kebaikan dan ibadah, maka dia akan mendapatkan bukan hanya harta benda duniawi namun juga harta ukhrowi yang berbentuk pahala. Pahala adalah investasi tabungan masa depan yang hasilnya bisa dinikmati oleh manusia di akhirat ketika kiamat kelak.

Satu hal yang mesti diresapi oleh manusia adalah bahwa masih ada kehidupan setelah kehidupan dunia ini selesai. Kehidupan dunia ini tidak akan selamanya, suatu hari nanti pasti akan terjadi kehancuran dunia oleh kiamat, dan setelah itu akan ada sebuah alam kehidupan baru yang disebut kehidupan akhirat, di mana akhirat ini memiliki dua alam, yaitu surga dan neraka.

Seorang manusia nantinya oleh Allah akan dimasukkan ke dalam surga atau neraka, sangat – sangat bergantung kepada amalan ibadahnya selama hidup di dunia. Harta benda yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia selama hidup di dunia sebenarnya dimaksudkan sebagai sarana untuk mempermudah manusia dalam beribadah kepada Allah. Bukankah akan lebih mudah bagi kita beribadah dalam keadaan perut kenyang, dibanding dalam keadaan lapar ?.

Allah tidak pernah melarang manusia untuk menjadi kaya raya dan banyak harta. Yang Allah inginkan hanyalah agar manusia tidak terlena dan lupa hingga akhirnya terjebak dengan harta bendanya dan kehidupan duniawi yang tidak abadi ini. Dan alat untuk mencegah manusia agar tidak terjebak itu tidak lain adalah ibadah.

Manusia diciptakan dilengkapi dengan akal pikiran dan hati nurani. Dengan akal pikiran dan hati nuraninya itu manusia diharapkan mampu membaca hikmah dari setiap detik kejadian yang terjadi di dunia ini, sehingga manusia mampu memilah mana hal – hal yang baik dan mana hal – hal yang buruk. Namun sayangnya manusia lupa akan hakikat diciptakannya manusia di atas dunia ini.

Manusia terlena dengan kenikmatan dunia dan lupa tugasnya untuk beribadah. Manusia menjadi berteman akrab dengan setan dan membuka hatinya agar setan merasuki dirinya, sehingga akhirnya manusia menjadi beringas dan menghalalkan segala cara dalam mengejar harta dunia.

Jika setiap manusia di seluruh penjuru bumi ini memahami dan menghayati konsep bahwa ketika mati manusia tidak akan membawa satu sen pun harta benda yang dimiliknya, insya Allah di dunia ini tidak akan pernah ada kejahatan. Dunia ini akan menjadi tempat yang tentram, damai, indah, nyaman, rukun satu sama lain. Jika setiap manusia di seluruh dunia ini mau secara sadar dan ikhlas beribadah dengan baik dan benar hanya kepada Allah SWT, insya Allah setan tidak akan bisa mendekati dan menggoda manusia.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah manusia benar – benar percaya bahwa suatu hari nanti pasti akan terjadi kiamat ?. Apakah manusia benar – benar percaya bahwa setelah dunia ini hancur akan diganti dengan kehidupan akhirat ?. Apakah manusia benar – benar percaya bahwa surga dan neraka itu pasti dan benar – benar ada ?.

Apakah manusia ingin masuk surga atau neraka ?. Jika ingin masuk surga maka selama hidup di dunia lakukanlah hal – hal yang diperlukan agar bisa masuk surga. Sebaliknya, jika ingin masuk neraka maka lakukanlah hal – hal yang diperlukan agar masuk neraka. Simple saja, bukan ?.

Namun kebanyakan manusia ingin seenaknya sendiri, ingin masuk surga tapi tidak mau melakukan hal – hal yang diperlukan untuk bisa masuk surga, seharusnya manusia malu kepada Allah yang telah menciptakannya.

“Manusia lahir dalam keadaan sederhana,
manusia mati juga dalam keadaan sederhana.
Maka dari itu, mari kita hidup dengan penuh kesederhanaan”
Anonim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar